Lihat ke Halaman Asli

D.A. Dartono

Penggemar bacaan dan pegiat literasi.

Jualan Betawi dan Agama di Bulan Ramadhan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya salut dengan Mandra. Ia sosok sederhana, ceplas-ceplos tapi nggak nyakitin orang yang ngedengerinnya (gaya betawi euy). Pelawak nan menghibur namun tidak menyakiti orang dng lawakannya.

Segi kedua yang saya salut dengan Bang Mandra ialah jiwa dan sikap kenegarawanannya (nasionalisme) yang tidak sempit. Tidak primodial. Orang yang nggak lulus perguruan tinggi ini ternyata lebih luas pandangannya dibanding segelintir orang yang menjual nama agamanya dan nama sukunya untuk mempertahankan kekuasaan dan dominasinya. Nggak percaya?

Silakan baca berita berikut ini..

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski tinggal di wilayah Depok, Jawa Barat, bintang sinetron dan iklan  Mandra mengaku sedih dengan calon-calon Gubenur yang membawa-bawa nama Betawi untuk mengaet pemilih dalam Pilkada Gubernur DKI Jakarta.

"Saya sangat sedih ada cagub yang menggunakan nama Betawi hanya untuk pencitraan, " papar Mandra saat ditemui di rumahnya di kawasan Cimangis Depok Jawa Barat, Sabtu (30/6/2012) malam.

Tapi ia mengakui  masa kampanye menjadi era tukang kecap yang menampilkan dirinya sebagai sosok paling pas memimpun Jakarta. Padahal nanti  kalau sudah naik ditengok saja tidak.

Lantas apakah yang diperlukan warga Betawi di Jakarta harus pimpinan asli? "Sebenarnya yang diperlukan memimpin Jakarta adalah Kepala Daerah yang tidak harus warga Betawi asli, tapi yang mau peduli terhadap kesenian Betawi maupun kebudayaan yang ada, " tuturnya. http://id.omg.yahoo.com/news/mandra-jangan-bawa-bawa-betawi-untuk-pencitraan-pilkada-063812491.html

Di sisi lain, ada satu pihak yang meminta agar orang-orang lain memilih calon berdasarkan kesamaan suku. It's oke. Nggak masalah. Boleh-boleh saja. Hanya saja apa itu bukan dikategorikan kampanye? Di bulan Ramadan lagi. Orang Betawi adalah orang religius. Cinta agama. Sadarlah, kemuliaan saudara-saudara ialah dengan menegakkan adab, sopan santun dan beragama dengan baik. Marilah fokus beribadah di bulan Ramadan. Termasuk beribadah ialah dengan mengeluarkan kata-kata bijak dan tidak menyakiti orang lain. Menyebut2 orang lain sebagai seperti bukan betawi, kafir tidak layak memimpin Jakarta dan seterusnya dalam ceramah di bulan Ramadan adalah kurang layak.

Apalagi sebutan2 tsb menyakiti orang yang disinggungnya.

Tribunnews.com - Kamis, 26 Juli 2012 20:45 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Nachrowi Ramli, menghadiri acara buka puasa bersama yang digelar oleh Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, Kamis (26/7/2012).

Pria yang akrab disapa Bang Nara, juga menyelipkan pesan-pesan untuk putaran kedua Pemilukada DKI.

"Buat Bamus Betawi, kalau bisa sampai kiamat gubernur DKI orang Betawi. Terima kasih sudah mendukung kami di putaran pertama, semoga dukungan tetap diberikan pada putaran kedua," ujar Nara, di Hotel Twin Plaza, Jakarta Barat, Kamis malam.

Nara juga menyinggung pecahnya dukungan keluarga Betawi saat putaran pertama, karena ada enam pasang calon. Namun, ia memakluminya. Pada putaran kedua nanti, Nara meminta seluruh keluarga Betawi bersatu.

"Kemarin ada enam pasang calon, kami maklum kalau Betawi ada yang ke sana ke mari. Itu lagi becanda. Sekarang putaran kedua, kumpul lagi, karena calon Betawi cuma satu," cetusnya.

"Maka sekarang, semua kembali pada jalan yang benar. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mengangkat harkat martabat Betawi," tuturnya.

Nara memaparkan, kegiatan buka puasa bersama merupakan kegiatan rutin yang digelar Bamus Betawi setiap tahun.

Nara yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Bamus Betawi, meminta anak muda Betawi ikut silaturahmi, dengan berbuka puasa bersama di kediaman tokoh-tokoh Betawi. (*)

http://jakarta.tribunnews.com/2012/07/26/nachrowi-kalau-bisa-sampai-kiamat-gubernur-dki-orang-betawi

Jakarta-Yustisi.com:

Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Senin (23/07) di Jakarta, akan menindak tegas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang  menggelar kampanye terselubung dengan modus buka puasa atau sahur bersama.

Ketua Pokja Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU DKI Jakarta, Sumarno menegaskna, pasangan calon hanya diperbolehkan beraktivitas sosial, dengan syarat tidak mengajak kepada masyarakat untuk memilih pasangan tertentu.

Dia mencontohkan safari Ramadhan yang masuk dalam kategori kampanye yaitu membagikan brosur, liflet atau menganjurkan warga untuk memilih pasangan calon.

“Kami dan Panwaslu siap menindak tegas pelanggaran administratif,” katanya.

KPU DKI menjadwalkan masa kampanye putaran kedua untuk penjaman visi dan misi itu pada 14 sampai 16 September. Sedangkan pemilihan putaran kedua akan diselenggarakan pada 20 September 2012. trb

http://yustisi.com/2012/07/pasangan-calon-gubernur-dan-wakil-gubernur-dki-dilarang-kampanye-saat-sahur-dan-buka-puasa/

Tentu saudara-saudara mengetahui apa itu puasa dan untuk apa berpuasa (termasuk dng buka puasa, sahur dst).

Maksud Hadhrat Rasulullah Saw sangat menganjurkan [ummat] untuk berpuasa, dan mengatakan, bahwa setan dibelenggu di bulan Ramadhan; dan pintu-pintu Surga dibukakan, sementara pintu-pintu Neraka ditutup, artinya hal ini menekankan, bahwa [ummat] haruslah banyak mengerjakan amal shalih. Dan sudah barang tentu, seseorang makan Sahur di pagi dini hari lalu berbuka  [Iftar di waktu Maghrib]. Ada juga mereka yang berpuasa tanpa bangun dan makan Sahur di waktu dini hari. Hendaknya tidak boleh dianggap dari hal ini bahwa seseorang telah memperoleh faedah berpuasa, dan Setan telah dibelenggu baginya. Orang yang akan memperoleh manfaat dari puasanya adalah hanya mereka yang banyak mengerjakan amal-amal saleh; mereka menjaga puasanya dengan penuh rasa takut kepada Allah dan menyesuaikan amal perbuatannya dengan segala apa yang diridhai Allah Swt.

Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa puasa yang diterima adalah yang disertai dengan  keimanan dan penuh introspeksi diri. [1] Puasa yang dikerjakan sambil banyak beramal-shalih itulah yang artinya dapat menutup perbuatan buruk mereka. Orang mu’min (beriman) haqiqi senantiasa berusaha untuk meningkatkan tahapan ibadah mereka kepada Allah Ta’ala, yakni, meningkatkan ibadah Salat-salat Nafal mereka sebagai tambahan atas Salat wajib lima waktu; meningkatkan pemenuhan hak-hak orang lain huquuqul ‘ibaad; pengorbanan harta benda dan terhadap fakir-miskin. Hanya dengan melalui cara itulah seseorang dapat memperoleh berbagai keberkatan dari puasanya.

Hadhrat Rasulullah Saw biasa berinfaq dan bersadaqah sepanjang tahun dalam jumlah yang tidak ada bandingannya. Tetapi di bulan Ramadhan bahkan lebih banyak lagi hingga bagaikan angin kencang. [2] Lalu beliau Saw pun meningkatkan segala peribadatan kepada Allah Swt hingga ke tahapan yang setinggi-tingginya. Beliau saw bersabda bahwa hendaknya tidak menganggap tanpa melakukan usaha keras akan mendapatkan sesuatu kebaikan bulan Ramadhan; melainkan, senantiasalah mencari berbagai faedahnya yang haqiqi. Allah Ta’ala tidak memerlukan perut yang kosong menahan lapar dan dahaga, yakni mereka yang tetap berkata atau bersikap dusta. Sesungguhnya, puasa mereka itu tidak mendatangkan manfaat. Yakni, manakala beliau Saw memohon perhatian kita, bahwa puasanya orang yang berdusta tidak diterima, beliau mengingatkan pula perbuatan dosa yang sekecil-kecilnya hingga yang sebesar-besarnya. [3] Manakala beliau menasehati agar berhenti berdusta, dan besiteguhlah dalam kejujuran, maka berbagai kelemahan akhlak dan rohaniah ummat pun dilenyapkan. Sesungguhnya, kedustaan setara dengan syirik, seperti dinyatakan di dalam Al-Qur’an Karim: فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ…..maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta,” (Al-Hajj, 22:31).



[1]مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا “Barangsiapa yang teguh (beribadah) di bulan Ramadhan dengan keimanan dan penuh mawas diri (muhasabah).”

[2] Shahih Al-Bukhari Kitab ash-Shaum Baab Ajwadu Maa kaanan Nabiyyu shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Ramadhan hadits nomor 1902

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ـ يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْقُرْآنَ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ـ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ‏.

[3]مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan kotor dan beramal berdasarkan hal itu maka tidak ada kepentingan bagi Allah atasnya yang meninggalkan makan dan minumnya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline