Lihat ke Halaman Asli

Karena Jemarimu, Harimaumu

Diperbarui: 13 September 2016   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diantara semua indera manusia, lidahlah yang paling sulit dikendalikan. Ia tidak bertulang, tapi mampu menyayat perasaan. Hingga banyak yang membenarkan bahwa “Lidah Tidak Bertulang tetapi Lebih Tajam dari Sebilah Pedang”. Itu memang benar adanya. Lalu nenek moyang kita melalui kata-kata bijaknya berusaha menolong anak cucunya lewat nasehat yang dikemas dan ditutur tinularkan dalam peribahasa : “Mulutmu, Harimaumu”. Artinya, Segala perkataanmu apabila tidak dipikirkan terlebih dahulu dapat menyakiti dan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Tetapi jaman sudah menjelma menjadi era yang ultra modern. Dahulu, hanya dengan bicara orang dapat menyampaikan makna. Komunikasi tak ubahnya untaian kata yang keluar dari lisan yang terkadang diimbangi sedikit bahasa tarzan (bahasa tubuh) untuk lebih meyakinkan bahwa makna dan maksud benar-benar tersampaikan.

lidah-tak-bertulang-namun-lebih-tajam-dari-pedang-57d7b3881e23bd9c48b7b350.jpg

Lalu peradaban berkembang, manusia berusaha mengabadikan kata yang terngiang agar tidak lekang oleh zaman lewat sebuah tulisan. Tulisan yang awalnya hanya dipahami segelintir orang yang merupakan kalangan elit dari sebuah negeri. Saat itu, seni baca tulis adalah kemewahan yang tidak boleh dikuasai kalangan yang bukan dari golongan wah.

Dan zaman tak lagi berjalan ditempatnya, atas nama persamaan hak asasi manusia, tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak mempunyai hak untuk belajar seni baca tulis. Bahkan, hak atas seni baca dan tulis telah bergeser menjadi kewajiban. Di negeri kita sendiri, anak-anak yang lepas dari Taman Kanak-Kanak diwajibkan menguasai seni baca tulis agar ia dapat mengenyam bagaimana rasanya pendidikan di Sekolah Dasar.

tulisan-psikologi-kita-57d7b3a792fdfd7a5545929c.jpg

Dunia sudah berubah sedemikian cepatnya. Sekarang, cukup dengan jemarimu, segala rasa, asa dan makna dapat kau ungkapkan meski mulutmu dalam diam. Sudah jarang ada orang yang bertengkar saling mencaci dengan mulutnya, kecuali kalau yang memang ingin jadi tontonan atau bersandiwara. Saling caci sekarang tak lagi bersuara, juga tak perlu lagi jadi tontonan bagi orang yang tak berkepentingan. Cukup dua tangan yang bekerja, tanpa suara, meski sakit hati yang ditimbulkan itu sama.

Berhati-hatilah dalam menggunakan jemarimu, karena jemarimu, harimaumu

Dan berbijaksanalah dalam menggunakan jemarimu, karena ia bertulang dan lebih tajam dari sebilah lidah. Dan lewat jemarimulah, tulisanmu, baik atau buruknya, adalah abadi.

Jakarta, 13 September 2016

Dilbar Sarasvati

www.kirakirademikian.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline