Lihat ke Halaman Asli

Ayudila Arioksa

Motto: Lucidity and Courage

Salah Satu Tukang Kibul di Halte Jakarta, Jadi Harus Waspada

Diperbarui: 31 Maret 2021   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumenpribadi

Jakarta dan Kebohongan di Tengah Keramaian

Rehat sejenak di kursi tunggu halte center di Harmoni. Membuat saya terkesan dengan usaha dan dorongan orang-orang di Jakarta berjuang. Mereka beraktifitas tak jauh beda dengan saya. Berangkat dari jam 6 pagi, sampai ditempat kerja sekitar jam 7 atau 8. Tergantung jarak yang dihadang.

Terik matahari pagi, menyilaukan pandangan, ketika cerita kita awali dari pagi hari.

Saya dan rombongan yang lain berbaris dengan 3 barisan panjang, berdiri dan melihat rute penungguan busway di layar televisi di sebuah halte.Kita tak saling kenal, namun kita saling bekerja keras.

Aku merasa di keramaian transportasi umum. Kita belajar banyak hal. Karena yang berjuang itu, bukan diri kamu sendiri. Dan yang merantau pun bukan kamu seorang. Saya melihat berbagai gaya pakaian yang menggambarkan profesi  kerja. Dari abang-abang kontraktor dengan baju lusuh dan sepatu besarnya berdiri dengan badan lesu, ibu-ibu seumuran mama ku dikampung membawa bingkisan berat, yang isinya jualan berupa gorengan dan sejenis minuman.

Nenek yang dibimbing gadis muda yang tak dia kenal, membantunya berjalan, menapaki jalur busway arah rumahnya . Hingga lelaki tua buta dengan kerupuk udang ditanggannya.

Pemuda dengan teman sebayanya, berbisik dihadapanku. Dan esok aku akan bertemu dengan orang-orang baru lagi. Hingga datang waktunya pulang ke hunian.

Namun aku bukan tipekal orang yang selalu terburu-buru. Meskipun sudah malam, kebiasaanku untuk bersantai dan menikmati wifi di halte adalah hal yang menyenangkan.

Sembari menyeruput jus buah mangga dan gigitan kebab daging sapi yang enak. Membuat hari ini begitu luar biasa. Kelelahan ku seharian ditempat kerja langsung sirna, ketika kita bisa menikmati makanan yang kita sukai.

Di kursi tunggu di halte yang masih ada tanda silangnya merah. Petanda kita harus saling jaga jarak demi kesehatan . Kita duduk dengan berjarak sekitaran 1 meter. Seketika aku menikmati makanan ku, seorang wanita parubaya duduk menghampiri ku. Dia telah menatap ku beberapa menit yang lalu. Namun aku tidak terlalu fokus pada pandangnya itu.  Dia pun mendekat dan duduk disampingku, aku hanya tersenyum kecil padanya.

Dan dia pun mulai bereaksi dengan pendekatan emosional padaku. Ceritanya panjang dari awal corona hingga kondisi hari ini yang dia jalani.
Aku hanya mendengarkan dan memberikan beberapa saran untuk masalah yang dia hadapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline