Lihat ke Halaman Asli

Program Kerja

Diperbarui: 9 November 2016   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tok tok tok

Ku dongakkan kepala, menatap ke arah pintu yang kini sudah terbuka. Sesosok tubuh jakung berkemeja putih berdiri disana, tersenyum tipis. Matanya yang tak terlalu lebar mengendur, senyumnya berangsur hilang seiring langkahnya mendekatiku.

“Parah! Coba tebak apa yang kutemukan di lapangan?”

Dia duduk di kursi besar di hadapanku. Kedua tangannya memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Sesekali dia meremasnya sambil bergumam tak jelas.

“Memangnya apa?”

Aku berusaha santai, meskipun rasa penasaran mulai merambati pikiranku.

“Barusan aku ke kantor pusat dan mendapat laporan kalau angka pengangguran di kota ini meningkat tajam. “

Matanya melotot, seolah memberitahuku kalau informasinya adalah berita paling buruk yang pernah ada.

“Bukankah itu hal biasa? Aku lihat banyak perusahaan membuka lowongan akhir-akhir ini. Aku selalu memonitorinya. Bahkan mereka membuka bursa kerja di beberapa tempat.”

Aku mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.

“Iya, itu biasa dilakukan dan terus dilakukan tiap bulan. Tapi kau tahu, apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Menyamarlah sebagai pencari kerja dan kau akan tahu betapa busuknya tinggal di negeri ini. Mereka membuka lowongan dengan ribuan pendaftar tapi hanya mengambil satu dari mereka. Belum lagi syarat yang mereka ajukan. Tidak hanya jenjang pendidikan, kini dunia kerja juga menuntut kesempurnaan fisik. Tinggi, berat badan, semua harus ideal. Ini Diskriminasi!”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline