Lihat ke Halaman Asli

Dila AyuArioksa

Motto Lucidity and Courage

Pecundang yang Ditangisi Sudirman

Diperbarui: 6 Desember 2020   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lowbrow Art on pinterest

Pecundang yang ditangisi Sudirman

Inilah ceritaku
Menatapmu hingga senja merajut bulan


Aku berdiri di sudut jalan berirama bising roda
Kau berdiri gagah di tengah jalan Dukuh Atas
Satu tangan hormat dengan mata terbuka menatap kota buas


Hari ini, 10 November
Aku dengan kesadaran menjumpai  ragamu Sang Anumerta


Yang telah membatu di daratan dan melebur dalam perut bumi
Namun jiwamu harum bak bunga melati keabadian


Hari ini, kau jangan bersedih
Jikalau, penjara kota ini telah menjadi saksi
Bahwa aku tak saling mengenal satu generasi
Yang manusianya tak bisa mengolah emosi dan  terlalu royal basa basi


Jendral Soedirman, kau jangan marah
Manusia  manja ini terlalu sibuk mengurusi perutnya kosong
Saku yang bolong, hingga anjing bulldog yang melolong


Oh, senja yang telah menjadi penonton alur ironi
Sekarang kekuasaan telah menyerangku bak peluru
Kujubahi wajahku karena ditampar malu


Kututup  lubang telingaku yang makin pilu


"Di sini, aku hanya pecundang bukan pejuang"


Jakarta Pusat, 18 November 2020

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline