Apa yang kau pikirkan?
Aku bertanya pada diriku
Yang duduk dipinggiran kota primadona
Merenung dikerumunan massa
Lampu yang berkilauan
Kendaraan lalu lalang
Tak membuatku kepalang
Mereka yang sedang berpose
Berpegang tangan
Meyeruput kopi dari seduhan si penjual asongan, bercengkrama ria
Puluhan sepasang kaki dengan sepatu brand ternama
Mengayuh sepeda lipat, yang lagi tren
Menikmati malam minggu dengan haru pantulan silauan layar biru
Selintas aku dan mereka tak ada bedanya
Pandanganku kaku dan membisu
Sebuah tonggak lurus menjulang kelangit
Mengibarkan bendera merah putih
Disamping gedung menyadarkanku
Jutaan pahlawan negri ini berjuang
Ketika leher dipenggal di negri sendiri
Kaki dikunci tangan jemari
Tulang rusuk kiri kanan menonjol kelaparan
Ditanah yang subur
Mulut mereka disangka dubur
Si Penjajah
Menjajah dan menjahara negri ini
Menghisap dan meninggalkan bangkai
Kesengsaraan untuk bumi pertiwi
Mereka yang bersujud pada imperealisme
Tak peduli bagiku
Imperealisme tua atau imperealisme muda
Sejatinya telah membunuh negriku secara perlahan
Berkuasa diatas proletariat
Intelektual namun biadab
Ingatlah, pesan sejarah
Bahwa negri ini dijajah, kerana rakyatnya tak mengenali dirinya sendiri
Bagiku Imperealisme belum mati, namun masih berdenyut nadinya
Wahai generasiku
Kita memang terlahir merdeka, namun jangan lupakan pahlawan dan pemimpin bangsa
Demi kebebasan dan hedonisme abad ini