Lihat ke Halaman Asli

Dila AyuArioksa

Motto Lucidity and Courage

Puisi | Wasiat Lelaki Tua

Diperbarui: 28 April 2020   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ciikm.com

Kepulan asap keluar dari mulut dan dua lobang hidungku

sudah tak ku hitung lagi berapa batang rokok kuhabiskan satu jam ini,
Pikiranku mematikan sejenak kesadaran
Lenyap ke masa lalu
Tapi lupa jalan pulang 

Jari jemariku meraba seluruh tubuh
Yang sudah renta
Kenikmatan hidup mulai reda
Tiap malam dihantui ketakutan
Akan kah besok, aku masih bertemu dan mencicipi sinar matahari

Ada waktu, dimana aku bertanya pada jiwa dan raga yang tua ini
Betapa beratnya beban yang kupikul
Aku sudah tua, lusuh dan tak berdaya
Namun, kerasnya hidup
Melemparku banting tulang siang dan malam

Dulu, aku adalah seorang pemuda yang bergelora
Hidup bewarna, dan berambisi
Punya cara sendiri  mengusir kekosongan

Minuman beracun yang candu adalah teman tidurku
Tanpanya aku hilang kendali
Aku heran, semua orang marah
Dan menghantamku dengan sumpah serapah
Sudut kamar menyadarkan ku , jangan hiraukan mereka
Antara kau dengannya sama bajingan di kota ini

Kacau, dan mati rasa
Membuatku terasing dalam duniaku sendiri.
Aku menyesal bahwa aku pernah muda
Dengan cara yang sesat

Sekarang hanya gerobak tua
Berisi sampah kota
Berjalan menuju arus waktu
Yang tak tahu kapan berhenti
Yang dibuang yang kusimpan

Andaikan waktu bisa kuulang
Aku ingin kembali ke masa lalu
Dengan jiwa dan pikiran yang baru

Ah, aku kebanyakan ngawur
Kuhentikan asap rokok yang mengepul
Lalu, kuberjalan kembali menelusuri ujung jalan kehidupanku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline