Lihat ke Halaman Asli

Dila AyuArioksa

Motto Lucidity and Courage

Rumah Gadang Dimakan Anai

Diperbarui: 22 Januari 2020   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Runahayuminimalis.blogspot.com

Sewindu sudah, aku merantau
Kampung yang berjarak antara seribu pulau dan samudra


Tak kutemui lagi, sebuah kehangatan di kota singgah ini
Hanya sepi yang mengobati
Betapa tandus dan rakus mereka disini


Tak mau saling berbagi
Hidup dan mati urus sendiri
Emosi mereka tak bisa ku selidiki


Aku hanya mengikuti kata hati, Bertahan atau kembali
Sepi malam mengoyakku, ku rindu dinding kayu rumahku
Ber atap gonjong runcing menantang awan biru


Kami menyebutnya rumah gadang
Mata haru menatap halaman luas dialas rumput teki
Hijau dan menari di terbang angin


Ingin kujajaki lagi kenangan  di rumah gadangku
Bersama keluarga,  dunsanak dan saudara


Pesan  Amai selalu tergiang- ngiang
Rumah gadang sudah lapuk dimakan anai


Pulanglah Nak, tak ingin kau lihat matanari terbenam dari jendela kayu, kamarmu..


Lantai papan, sudah merindukan telapak kakimu
Mari kita kembali membuat kenangan baru


Di rumah Gadang Kita yang semakin rapuh di ujung waktu.
Pesan Amai, tak bisa kubalas dengan kata-kata Doakan anakmu, kembali membawa tawa untukmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline