Lihat ke Halaman Asli

Dila AyuArioksa

Motto Lucidity and Courage

Cerita di Seberang Jalan

Diperbarui: 28 September 2019   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinterest.com


Lahir dan dibesarkan di sebuah desa telah menyadarkan Saya banyak Hal dari sikap, logat berbicara, pendidikan sekolah,  didikan orang tua, adat istiadat  dan masih banyak hal yang lain, yang sangat sulit dijelaskan satu per satu.

Peran penting keluarga dalam kehidupan mendominasi kepribadian Saya selain bersekolah dari pendidikan dini sampai akhirnya saya SMA di kampung. Sampai akhirnya saya sampai di jenjang pendidikan sarjana di sebuah Institusi di Kota Padangpanjang.

Perpindahan lingkungan dan gaya hidup baru mengajarkan Saya hidup lebih mandiri. Tidak Ada orang tua maupun saudara tempat mengadu. Selain diri Kita dan beberapa kenalan di Padangpanjang yang menjadi tempat sandaran baru.

Banyak hal yang kualami. Ibarat sebuah rasa nano-nano.  Terkadang manis, hambar, ataupun pahit. Baiklah dalam keadaan diri yang masih di atas kasur dan selimut tebal bermotif warna bendera Inggris Saya sangat semangat menulis cerita ini untuk bisa dibaca oleh semua orang.

Meskipun mataku masih mengantuk tapi sebuah ide mengucangkan Saya dari tidur. Oke, selamat menikmati suguhan manis di pagi yang menurunkan hujan dari tidurnya di atas awan.

Dua Hari yang lalu saya sepulang dari kuliah bertemu dengan seorang laki-laki parubaya yang sudah berambut putih namun masih terlihat Sehat dan bugar. Lelaki itu selalu mudah untuk melebarkan senyumanya kepada siapapun termasuk saya.

Saya adalah tetangga tepat dihadapan rumahnya. Hanya jalur hitam aspal pembatas. Seringkali kami dipertemukan di beberapa kegiatan. Misalkan, kami sering berjumpa untuk pergi sholat berjamaah di mesjid, atau Saya yang menemuinya untuk membeli tabung gas di rumahnya.

Lelaki tersebut memiliki seorang istri yang cantik dan jauh lebih muda darinya. Suatu kebangaan bagi Lelaki itu mendapatkan wanita yang dia cintai. Dulu Saya dan beberapa teman yang lain sempat berdiskusi dengan Lelaki itu di sebuah kedai nasi, usaha sampingan yang kami lakukan di luar kampus. " bapak, menikah di umur 35 tahun nak" ungkap lelaki tersebut dengan nada tenang

Kami yang masih beranjak ke dewasa langsung terkejut melihat usia yang cukup lanjut untuk menikah " kok bisa Pak?" Seru temanku

Lelaki tua yang selalu menggunakan topi putih di kepalanya memilih untuk duduk untuk menceritakan kisah Masa lalunya tersebut " jadi, karena sudah menjalani umur kepala tiga bapak   disindir oleh teman-teman. 

Mereka anggap bapak  memiliki penyakit kelamin, sontak Saya kesal dengan hinaan tersebut, setiap teman saya menikah Saya selalu menjadi Bahan buah bibir di tengah pesta berlangsung, sampai Akhir nya bapak angkat bicara"
Kami pun penasaran "gimana Pak kelanjutan nya" dengan menahan  tawa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline