Cecen si Kambing kampung dan kambing lainnya hidup sangat bahagia. Mereka seumur hidup tidak pernah diikat dan dikurung oleh Tuannya. Menjalani rutinitas di sekitaran jalan raya tanpa rasa takut di tabrak oleh para pengendara. Suatu hari Cecen dan keluarganya pergi keliling jalan raya mencari rumput-rumput di tepi jalan untuk di makan.
"Ayo anak-anak, kita menuju ke jalan seberang untuk mencari rumput hijau."
Kemudian ke dua anaknya mengikuti Cecen. Penuh keberanian Cecen menyebrang jalan, meskipun motor dan mobil melintasi jalur tersebut. Cecen dan keluarganya tidak mempedulikan kesibukan manusia.
Karena yang dipikirkan Cecen dan keluarganya hanya makan rumput yang hijau. Akhirnya sampai di sebrang jalan. Rumput yang hijau siap untuk di lahap oleh para kambing.
Dari kejauhan Cecen melihat kelompok kambing lainnya yang juga melahap rumput. Kedua anak Cecen sangat kegirangan, mereka berlari dan melompat --lompat di atas rumput. Setelah keluarga Cecen kenyang, Cecen putuskan untuk mengajak anaknya berjalan di rel kereta api yang difungsikan manusia untuk menjemur pakaian.
Cecen kecewa melihat tumpukan sampah yang berserakan di sekiataran rel kereta api karena ulah manusia.
"Anak-anakku, kalian jangan sampai memakan sampah plastik tersebut," Cecen berhenti sejenak dan berbicara di depan kedua anaknya.
"Tapi pak, di dalam plastik itu kami menemukan sisa makanan yang lezat," sahut si Popo, Popo adalah kakak dari si Pipi, Popo memiliki bulu putih dan bercak-bercak hitam di perut buncitnya
"Makanan itu lebih enak dari rumput pak," si Pipi kecil yang masih berumur 2 bulan pun ikut-ikutan berbicara.
"Bapak akan memberitahukan pada kalian, bahwa hanya rumput yang cocok untuk kita makan, jika ada antara kita yang makan sampah plastik itu, maka bersiaplah sakit dan ujung-ujungnya mati karena keracunan plastk," tegas pak Cecen.
Ketiga anak kambing langsung kaget dan menatap ketakutan satu sama lain.