Sumber: bolalob.com
Egy Maulana Vikri mulai dikenal banyak orang ketika aksinya membela Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri. Dalam formasi 4-3-3 atau 4-5-1 Egy kerap ditempatkan di posisi sayap kanan. Di posisi itulah Egy menunjukan bakat sepak bolanya yang luar biasa.
Ia kerap melakukan gocekan atau liukan mematikan dari sayap menusuk kedalam melewati beberapa pemain lawan. Aksi tersebut (ditambah posturnya yang "mini" membuat publik menyebut Egy sebagai Messinya Indonesia. Bahkan media kenamaan asal Inggris, The Guardian, memasukan nama Egy ke dalam daftar 60 remaja terbaik di dunia pada tahun 2017.
Karirnya sebagai pesepak bola muda juga tidak main-main, Egy dikontrak klub Polandia Lechia Gdansk. Klub divisi teratas liga Polandia itu memberikan kontrak professional kepada Egy, bukan hanya sekedar trial (seperti kebanyakan pemain muda Indonesia).
Pemain kelahiran Medan ini pun sudah melakukan debut untuk tim utama Lechia. Sampai di sini terlihat jelas bahwa Egy adalah aset yang sangat berharga untuk Timnas Indonesia.
Egy MV memang fenomenal, mengalahkan fenomena kemunculan Evan Dimas. Tetapi Egy belum sekalipun memberikan trofi juara untuk Timnas.
Ketika ia absen membela Timnas di Piala Aff U-22 beberapa waktu lalu di Kamboja, Timnas malah juara. Setelah gelaran itu, timnas U-22 tampil di kualifikasi Piala Asia U-22 dan Egy hadir ikut membela Timnas.
Haislnya? Timnas asuhan Indra Sjafri dihajar Thailand empat kosong, dilibas Vietnam satu kosong, dan mati-matian meladeni Brunei (meski menang 2-1). Kenapa dengan Egy di dalam tim kita malah kalah? Kenapa dengan kehadiran salah satu dari 60 besar remaja terbaik di dunia kita malah kalah? Babak belur malah. Performa Egy MV di Timnas benar-benar hilang lenyap ditelan bumi.
Egy tidak ditempatkan di posisi terbaiknya. Itulah jawaban singkat terkait anjloknya performa Egy bersama Timnas di kualifikasi Piala Asia U-22. Ingat ya yang kita bahas performa Egy di timnas bukan performa Timnas di kualifikasi Piala Asia U-22. Karena banyak faktor yang mengiringi kegagalan Timnas U-22 (mungkin karena diundang acara tv, terlalu disanjung) salah satu faktor yang kita bahas di sini adalah menurunnya performa Egy MV.
Pada saat itu Egy ditempatkan sebagai "si nomor 10" di belakang striker murni (Marinus). Egy tidak ditempatkan di sayap kanan, posisi yang mengorbitkan namanya, posisi yang juga melahirkan julukan kelok sembilan untuk dirinya.
Terlebih di Lechia Gdansk Egy kerap bermain di posisi sayap (kanan atau kiri).setelah gabung Timnas, Egy harus beradaptasi dengan posisi "barunya". Egy terlihat tidak dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya di posisi tersebut. Hingga ia tidak dapat berbuat apapun untuk membantu timnya.