Lihat ke Halaman Asli

Impulsive Buying Bagus atau Tidak?

Diperbarui: 22 Januari 2024   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh Juliani Sapira, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2022, Universitas Sumatera Utara.

Impulsive buying, atau pembelian impulsif, merupakan perilaku konsumen di mana keputusan pembelian dilakukan tanpa pertimbangan yang matang atau rencana sebelumnya. Fenomena ini sering dipicu oleh faktor emosional, tawaran diskon yang menggiurkan, atau impuls dari lingkungan sekitar. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa aspek penting terkait impulsive buying.

Dampak Impulsive Buying

Keuangan Individu:

Pembelian impulsif dapat memiliki dampak negatif pada keuangan individu, karena seringkali barang atau jasa yang dibeli tidak benar-benar dibutuhkan. Ini dapat menyebabkan penumpukan utang dan ketidakstabilan keuangan pribadi.

Strategi Pemasaran:

Perusahaan menggunakan berbagai strategi untuk merangsang impulsive buying, seperti tawaran diskon terbatas, penempatan produk di kasir, atau teknik pemasaran yang membangkitkan emosi. Analisis terhadap strategi ini dapat membantu konsumen untuk lebih waspada.
Mengidentifikasi Pemicu Impulsive Buying

Dorongan Emosional:

Mengenali emosi yang mendorong pembelian impulsif dapat membantu konsumen untuk mengontrol perilaku ini. Kesadaran diri terhadap stres, kebosanan, atau keinginan instan dapat membantu menghindari pembelian yang tidak perlu.

Tawaran Diskon:

Penawaran diskon yang terlihat menguntungkan seringkali menjadi pemicu utama impulsive buying. Memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan dapat membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih rasional.
Strategi Mengelola Impulsive Buying

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline