Lihat ke Halaman Asli

Diki Zakaria

Penulis Pemula yang masih belajar

Cara Millenial Memahami Sejarah G30S

Diperbarui: 3 Oktober 2020   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Disclaimer

Saya bukan pendukung PKI sebab mereka terlalu agresif dan memang mereka melakukan kesalahan, serta ideologi mereka terbukti gagal untuk membangun sistem kenegaraan yang baik. 

Dan, saya bukan pendukung pembunuhan manusia (entah itu yang dilakukan oleh PKI, kelompok "kerakyatan", ultra-nasionalis, maupun agama), sebab itu adalah hal yang jahat dan melanggar hukum moral-etika. 

Saya tidak terlalu tertarik untuk berbagian dalam perpolitikan maupun berpihak pada politik atau aliran tertentu, saya ingin berdiri secara lebih objektif dan melihat sejarah Indonesia, dan mengangkat nilai kemanusiaan. Jika kita tidak setuju terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa oknum PKI terhadap para jenderal, maka kita juga seharusnya tidak setuju terhadap pembunuhan massal.

Saya akan mengarahkan tulisan ini untuk kaum muda, khususnya yang tidak terlalu melewati masa-masa Orde Baru. Untuk memahami masalah PKI hari ini, sangat penting bagi Anda untuk mempelajari buku-buku sejarah yang objektif, dan yang bukan ditulis menurut satu versi pemerintah saja ataupun mendengar para petinggi-petinggi yang menyuarakan masalah PKI untuk kepentingan politik. Saya mengibaratkan bahwa seluruh rangkaian permasalahan G30S, bahkan sampai hari ini, seperti menjebak kita dalam sebuah hiperrealita untuk "membius dan menginstall" masyarakat Indonesia tentang kejahatan sebuah monster yang disebut PKI yang beberapa petingginya membunuh enam jenderal militer, dan mencoba untuk menutupi realita pembunuhan massal yang menelan 500.000--2.000.000 jiwa.

Saya akan merangkum juga diskusi dari video di atas di dalam kolom tulisan ini.


Budaya Kasta


Bila Anda mempelajari dengan budaya kasta atau istana di Indonesia, sebetulnya itu berakar dari konteks kerajaan Hindu-Buddha.


Sistem kasta seperti ini terus bertahan sampai kepada konteks masyarakat hari ini. Dulu adanya hubungan antara Brahma (agamawan), Ksatria (tentara), dan Sudra (Petani). Masuknya agama Islam, terjadi modifikasi dalam struktur kasta tersebut menjadi Priyayi (bangsawan), Santri (agamawan-tentara), Abangan (petani, agama nominal). Lalu masuk ke era kolonial dan itu menjadi sistem ekonomi berbasis ras yang dibangun oleh pemerintahan VOC dan Belanda: Eropa kulit putih (pemerintah-bangsawan), Timur Asing kulit kuning (pedagang), "Pribumi" kulit gelap (petani). Terakhir, masuk kepada era modern, muncul berbagai sekte ideologis yang merupakan evolusi dari sistem kasta ini: Nasionalis (bangsawan dan tentara), Agama (kelompok Islam Santri), Abangan (kelompok Islam nominal, kaum petani, dan terhitung juga kelompok komunis).


Perhatikan baik-baik bagaimana di dalam proses perubahan sosial selama berabad-abad tersebut, terbentuk sebuah sistem kelas dan ketegangan di antaranya. Konflik antara kelompok militer-nasionalis dan petani-komunis bukanlah lain daripada sebuah konflik antara para Ksatria dan para Sudra. Itu terjadi pada tahun 1960an. Sehingga, pada hari ini, jika Anda mendengar tentang kelompok nasionalis atau agama yang kemudian menyuarakan kembali "masalah PKI", itu tidaklah lain daripada upaya bagi kelompok ini untuk mengumpulkan massa, agar barisan massa datang kepada mereka: entah itu bagi kelompok Brahman (Santri Islam) atau kepada kelompok yang lain.

Asal-usul Konflik Menuju G30S

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline