Jelly Art atau dalam bahasa Indonesia berarti seni agar-agar termasuk jenis makanan yang tergolong baru di Indonesia. Namun demikian kini sudah mulai populer tidak hanya di perkotaan tapi sudah dikenal juga di daerah-daerah. Keunikan dari karya seni yang bisa dimakan ini kerap dijadikan orang sebagai hadiah kue ulang tahun.
Dari bentuknya jelly art bisa digolongkan sebagai karya seni tiga dimensi. Beragam bentuk yang ada di dalam agar-agar tersebut dibuat dengan sangat telaten dan diperlukan kesabaran serta keterampilan khusus sehingga akhirnya menghasilkan kue yang begitu indah.
Syarifah Syofiah Al Habsyi merupakan seorang yang menekuni kue yang baru booming di Indonesia lima tahun silam ini. Melalui Syofie Cake & Jelly Art ia memproduksi kue yang dulu disebut gelatin art ini.
Syarifah Syofiah Al Habsyi yang biasa dipanggil Syofi ini menceritakan bagaimana proses pembuatan jelly art, dan inilah langkah-langkahnya:
- Pertama kita membuat kanvas jelly. Kanvas ini dibuat dari bahan jelly yang dimasak dengan air dalam takaran tertentu.
Berikutnya masukan bahan kanvas tadi ke sebuah tempat hingga mengeras - Suntikan motif yang diinginkan dengan menggunakan alat jarum suntik medis yang diisi dengan adonan puding susu panas
- Setelah selesai melukis dengan jarum suntik baru ditutup dengan adonan puding lagi di atasnya
- Simpan di lemari es supaya ngeset atau keras sempurna
- Terakhir puding dibalik, baru keliatan motif lukisan yang dibuat tadi.
Jadi kanvas yang dimaksud tadi merupakan medium dimana nantinya motif akan dibuat di dalamnya. Dan motif tiga dimensi tersebut bisa beraneka ragam seperti daun, bunga, ikan, dan lain sebagainya. Secara teknis, ini sebetulnya "melukis" dengan cara terbalik.
Syofi menjelaskan bahwa motif dari jelly art biasanya tergantung dari request konsumennya. "Rata-rata mereka hanya bilang motif bunga atau ikan. Untuk tambahan motif lain seperti kupu-kupu atau madu bisa ditambahkan pada motif bunga" tutur ibu dua anak ini. "Ada juga yang minta motif naga sewaktu Imlek beberapa tahun belakang atau motif ayam jago untuk jargon Cianjur beberapa tahun belakang juga" tukas alumni UNPI Cianjur ini menambahkan.
Namun demikian beberapa konsumen ada pula yang membebaskan Syofie Jelly Art untuk berkreasi tentang motifnya. Jika demikian maka Syofie akan menanyakan apakah jelly art tersebut untuk laki-laki atau perempuan. Awalnya para pemesan jelly art merupakan orang yang menyukai seni, namun belakangan sudah banyak orang memesan jelly art sebagai hadiah. Syofi sendiri memiliki ciri khas dalam karyanya yakni motif bunga mawar, yang memang kesukaannya. "Mawar menurut saya cantik, elegan, feminim, namun tidak mudah untuk dipegang siapapun karena berduri, harus hati-hati bila ingin memegangnya" kata Syofie memberikan alasan.
Syofie yang juga memproduksi berbagai kue kering ini belajar membuat jelly art langsung dari ahli jelly art di Indonesia yakni Ciu Jiu. Hingga kini Syofie tidak berhenti belajar untuk terus berinovasi dalam kue karya seninya ini.
Awal mula ia memang memproduksi kue kering namun tidak untuk dijual. Keahlian membuat berbagai kue ini ia dapatkan langsung dari ibunya dimana ibunya belajar dari neneknya. Jadi pengetahuan membuat kue memang didapatkan turun temurun. Syofie saat itu senang membantu ibunya dari mulai memoles mentega di loyang hingga membuat adonan dengan menggunakan mixer. Jika dulu ibunya membuat kue untuk dibagikan kepada para tetangganya, Syofi akhirnya membuat kue yang akhirnya ia jual melalui Syofie Cake & Jelly Art, usaha yang ia rintis bersama suaminya. Beberapa resep kue yang ia dapatkan dari sang ibu, Syofie melakukan beberapa modifikasi sehingga kini ia memiliki beberapa varian produk kue kering. Saat ini produk Syofie yang bisa dinikmati konsumen antara lain nastar,aneka kue kering manis, kastengel, sagu keju, red Velvet, corn flakes cookies, green velvet, choco stik cookies, kue semprit, cookies karakter, dan tentu saja jelly art.
Sebelum pandemi covid 19 omset Syofie Cake & Jelly Art bisa mencapai 30jt sebulan namun kini karena dampak pandemi omsetnya berkurang. Ya tentu saja karena daya beli masyarakat yang memang menurun. "Pesanan khusus untuk acara pernikahan, ultah banyak yang cancel. Yang paling parah awal pandemi sampai DP pun dengan kepaksa kita kasiin lagi karena gak tega. Mmereka lebih rugi banyak terutama soal DP gedung, salon dan catering yang gak bisa kembali" tutur Syofie perihal dampak pandemi.
Namun Syofie tidak berkecil hati, ia masih semangat dalam menjalankan usahanya. Ia berkeinginan memiliki toko sendiri dengan konsep open kitchen yang bukan hanya memajang produknya sendiri tapi juga produk UMKM lainnya. Dan toko tersebut bisa menjadi titik pusat aneka kue basah yang melayani Snack box dengan acara dadakan konsep supermarket, serta menjadi tempat nyaman bisa ready to eat di tempat.