Lihat ke Halaman Asli

First Kiss; Mahligai Cinta

Diperbarui: 25 April 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mahligai Sang Pencipta masih megah berdiri ada

Kulihat ditiap sisinya tak berubah banyak

Interior dan eksteriornya pun masih sama seperti sedia kala

Hanya beberapa pohon dihalamannya lenyap entah apa sebab


Sebatang jalan masih begitu setia melayani penggunanya

Sebatang jalan bersolek entah berapa kali sudah

Disebelah utara mahligai Sang Pencipta ada kisah terkubur di ratusan purnama lalu


Wajah-wajah anak tangga itu kini tampak murung diselimut sendu

Wajah satu pohon rambutan tiada sudah direnggut senja usia

Namun ada satu wajah seorang dara kala itu

Wajah nan ayu bergaris sendu dalam pelukan senja


First kiss di mahligai Sang Pencipta

Bukankah kau ucap kata hanya perpisahan sementara

Pendakianku ke bukit Mega Mendung, tegas kau larang aku!

Bukan aku tak hirau keinginanmu!

Kau akan tahu maksudku itu kelak ketika ‘dewasa’ setia mengabdi dalam dirimu


First kiss; mahligai cinta

Rupanya ‘dewasa’ tak mengingkari titahnya untukmu

Kini kau telah menjadi seorang dara pendaki gunung, pecinta alam

Dan . . . . .


Pendakianku ke bukit Mega Mendung, tegas kau larang aku!

Ratusan purnama berlalu sudah dalam first kiss; mahligai nelangsa

Dalam-dalam kegelisahanku akan sebuah tanya

Aku titip di sebuah negeri puisi untuk Dara.


Ciledug, 24 Februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline