Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) merupakan kawasan metropolitan terbesar di Indonesia dan salah satu yang terpadat di dunia. Meningkatnya populasi di wilayah ini dari tahun ke tahun menciptakan banyak tantangan, terutama di bidang infrastruktur dan kesehatan masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang pesat seringkali melampaui kapasitas infrastruktur yang tersedia, yang akhirnya mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.
Kawasan Jabodetabek, yang mencakup Jakarta dan sekitarnya, telah menjadi salah satu wilayah terpadat di dunia. Dengan jumlah penduduk Jakarta yang mencapai sekitar 11,25 juta jiwa pada tahun 2022, dan total penduduk Jabodetabek diperkirakan lebih dari 30 juta jiwa, masalah overpopulasi menjadi isu yang mendesak untuk ditangani. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada infrastruktur tetapi juga pada kesehatan masyarakat.
Urbanisasi adalah salah satu penyebab utama peningkatan jumlah penduduk di Jakarta. Banyak orang dari daerah pedesaan berpindah ke kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Namun, realitasnya, biaya hidup yang tinggi sering kali tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Selain itu, Jakarta sebagai pusat ekonomi dan budaya menarik banyak pendatang dari berbagai daerah, memperburuk kepadatan penduduk.
Kepadatan penduduk yang tinggi di Jabodetabek mengakibatkan berbagai tantangan infrastruktur:
- Kemacetan Lalu Lintas Jabodetabek dikenal dengan kemacetan yang sering kali mencapai puncaknya di jam-jam sibuk. Rata-rata orang menghabiskan beberapa jam dalam perjalanan menuju dan dari tempat kerja. Kondisi ini terjadi karena infrastruktur jalan yang ada tidak mampu menampung volume kendaraan yang tinggi setiap harinya. Meskipun sudah ada upaya penambahan transportasi massal seperti MRT dan LRT, namun kemacetan masih menjadi masalah besar karena ketergantungan masyarakat pada kendaraan pribadi.
- Sistem transportasi umum seperti TransJakarta, MRT, dan KRL sering kali tidak mampu menampung jumlah penumpang yang terus meningkat. Kemacetan lalu lintas menjadi masalah kronis yang mengganggu mobilitas sehari-hari.
- Kepadatan penduduk Jabodetabek juga menyebabkan permintaan akan perumahan yang semakin meningkat. Namun, tidak semua masyarakat mampu membeli atau menyewa hunian yang layak, mengingat harga properti yang melambung tinggi. Alhasil, banyak orang yang memilih tinggal di permukiman padat atau bahkan pemukiman kumuh, yang tentunya memiliki risiko kesehatan dan keselamatan yang lebih tinggi. Permintaan akan hunian meningkat tajam, menyebabkan harga properti melambung tinggi dan munculnya kawasan kumuh di pinggiran kota.
- Kebutuhan air bersih dan sanitasi menjadi tantangan besar di kawasan ini. Overpopulasi membuat persediaan air menjadi terbatas, dan air yang tersedia pun sering kali tidak memenuhi standar kebersihan. Sanitasi yang buruk memperburuk situasi, karena menyebabkan penyebaran penyakit yang lebih cepat dan meluas, terutama di daerah permukiman padat.
- Ketersediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan layanan publik lainnya sering kali tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah. Hal ini berpotensi menurunkan kualitas hidup masyarakat.
Overpopulasi di Jabodetabek tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi masyarakatnya. Beberapa masalah kesehatan utama yang sering muncul akibat kepadatan penduduk yang tinggi di wilayah tersebut adalah,
- Penyakit Pernapasan Akibat Polusi Udara, Emisi kendaraan bermotor dan pabrik menyebabkan tingginya polusi udara di Jabodetabek, yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, dan PPOK. Paparan polusi udara juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
- Penyakit Menular Akibat Kepadatan Penduduk, Lingkungan padat mempermudah penyebaran penyakit menular seperti TBC, demam berdarah, dan ISPA. Kondisi ini juga dapat menciptakan tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, penyebab demam berdarah.
- Kurangnya Akses pada Pelayanan Kesehatan, Fasilitas kesehatan di Jabodetabek sering kewalahan menangani jumlah pasien yang terus bertambah, menyebabkan antrian panjang dan kualitas perawatan yang terganggu. Banyak permukiman padat di daerah pinggiran kota juga jauh dari fasilitas kesehatan.
- Malnutrisi dan Masalah Gizi, Biaya hidup tinggi membuat sebagian masyarakat berpenghasilan rendah sulit memenuhi kebutuhan gizi yang cukup. Pola makan tidak sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji, juga meningkatkan risiko penyakit seperti obesitas dan diabetes.
- Masalah Kesehatan Mental, Tingginya tingkat stres, kelelahan mental, dan depresi di Jabodetabek karena tekanan ekonomi dan sosial. Akses terhadap layanan kesehatan mental masih terbatas, sehingga banyak masyarakat tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
- Penyakit yang Terkait dengan Sanitasi dan Air Bersih, Keterbatasan akses air bersih dan sanitasi buruk meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh air terkontaminasi.
Solusi untuk mengatasi tantangan infrastruktur di Jabodetabek akibat overpopulasi meliputi beberapa pendekatan terintegrasi. Pertama, untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, diperlukan perkuatan integrasi transportasi umum dan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi. Kedua, diperlukan peningkatan kapasitas transportasi umum melalui penambahan armada, pengembangan stasiun, dan pemanfaatan teknologi digital. Ketiga, perlu disediakan hunian terjangkau dan pengembangan kawasan penyangga di sekitar Jabodetabek. Keempat, tantangan pengelolaan air bersih dan sanitasi memerlukan pemulihan sumber air, pembangunan fasilitas pengolahan air limbah, dan edukasi sanitasi kepada masyarakat. Terakhir, peningkatan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan layanan publik perlu diperluas dan ditingkatkan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Untuk mengatasi masalah kesehatan akibat overpopulasi di Jabodetabek, beberapa langkah yang dapat diambil adalah pengurangan emisi kendaraan dan industri, peningkatan transportasi umum, penghijauan kota, peningkatan edukasi dan pencegahan penyakit menular, pemberantasan sarang nyamuk, peningkatan fasilitas sanitasi, penambahan fasilitas kesehatan di area padat penduduk, optimalisasi tenaga medis, penyediaan layanan kesehatan mental yang mudah diakses, edukasi mengatasi stigma kesehatan mental, pembangunan infrastruktur air bersih, pengolahan air limbah, dan edukasi kebersihan lingkungan. Upaya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta diperlukan guna menangani permasalahan kesehatan ini secara holistik dan berkesinambungan demi akses kesehatan yang lebih baik, lingkungan yang bersih, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Jabodetabek secara keseluruhan.
Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan pendekatan yang komprehensif, termasuk peningkatan transportasi, pengelolaan perumahan, akses air bersih dan sanitasi, serta perluasan fasilitas kesehatan dan pendidikan, Jabodetabek dapat lebih siap menghadapi pertumbuhan populasi yang terus meningkat. Hal ini akan membantu menciptakan kawasan perkotaan yang lebih layak huni, berkelanjutan, dan berkualitas bagi semua penduduk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H