Lihat ke Halaman Asli

Ditinggal Orang Tua, Seorang Bocah Terpaksa Mengamen di Jalanan

Diperbarui: 13 Juli 2023   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Dokpri

Seorang bocah kecil berinisial F 11 tahun asal Sukabumi. Diusia yang masih belia dia harus mengamen diruang terbuka kota Sukabumi. Dia tak pernah mengira masa kecilnya dihabiskan untuk mengamen.

Ia seorang bocah yang hangat hidup bersama neneknya yang sudah sebatangkara. Keluarganya sudah tidak ada, ayahnya sudah meninggal dunia dan ibunya kabur meninggalkannya. Ia harus memikul beban hidup sendirian.

"Ibumah kabur, bapa tos pupus, ibu kabur ka Lampung. Abdi tinggal jeng umi ai umi ker teu damang teu gaduhen artos, abi anak hiji-hijina" Ujarnya.

Alasan F mengamen karena sang nenek sedang sakit dan tidak memiliki uang ditambah ia bocah sebatangkara yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ia mau tidak mau mencari uang untuk menanggung kebutuhan hidupnya. Bocah tersebut secara paksa menghadapi tanggung jawab yang berat tidak sesuai dengan usianya.

F mulai mengamen pukul 1 siang sampai dengan pukul 7 malam. Awal mula F mengamen ia melihat ada temannya yang mengamen dijalan lalu iapun terdorong atas keadaanya dan ikut bergabung dengan teman-temannya untuk mengamen dijalan itu.

Dipagi hari ia bersekolah. Ia ternyata senang berada di sekolah, dalam pembelajaran F senang berhitung dan menulis iapun menyukai mata pelajaran matematika ia bersekolah hingga jam 12 siang.

F juga menyukai suatu olahraga dijalan yaitu papan luncur (skateboard), Ia bermain olahraga itu beriringan ketika ia mengamen pada sore hari. Meskipun ia tidak mempunyai papan luncur F tidak malu, terkadang ia meminjam papan luncur pada orang yang sedang bermain skateboard di lokasi. Ia berbaur saja tanpa malu dan orang yang bermain papan luncur menerima F dengan hangat.

Selepas mencari nafkah dengan mengamen untuk bertahan hidup. F pulang pada malam hari, hasil dari mengamennya itu ia belikan makanan untuk makan dirinya juga neneknya, jika ada sisa ia alokasikan untuk ongkos kesekolah dan keperluan rumah. Iapun harus membantu membersihkan rumah neneknya sekaligus menyiapkan perlengkapan untuk ia esok sekolah.

Pada usia 11 tahun, seorang anak mengalami perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial yang penting namun dalam kasus ini, bocah tersebut secara paksa menghadapi tanggung jawab yang berat dan tidak sesuai dengan usianya.

Kehilangan orang tua dan tinggal bersama nenek yang sakit dapat berdampak negatif pada perkembangan anak ketika seorang bocah terpaksa menjadi pengamen untuk mencari nafkah, hal ini dapat mengganggu proses perkembangannya. Bocah tersebut mungkin mengalami tekanan emosional, stres, dan kesulitan dalam menjalani ke kehidupan sehari-hari

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline