Lihat ke Halaman Asli

Sinopsis Buku Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dari Desa Menuju Istana

Diperbarui: 6 Desember 2022   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampul Buku Presiden Republik Indonesia DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono dari Desa Menuju Istana (Dokpri)

Penulis: 

1. Drs. Sali Iskandar

2. Kusnandar, S.E.

Tahun Terbit: 2010

Sinopsis Buku

"Bapak Perdamaian" itulah nama julukan Presiden Republik Indonesia ke-6; DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mulai dari cerita kehidupan masa kecil yang sederhana di sebuah desa hingga sukses memasuki puncak pergelutan politik di negeri ini. Pada awal karir beliau menjadi taruna militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang yang kemudian tercatat sebagai konseptor dan pemikir reformasi di tubuh TNI.

SBY kecil yang sederhana. Kisah ini di mulai di sebuah desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa timur. Pada tawal September 1949 lahirlah seorang anak laki-laki dari pasangan suami istri Ibu Siti Habibah dan Bapak Soekotjo. Anak laki-laki itu bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Susilo artinya santun dan penuh kesusilaan, Bambang artinya ksatria sedangkan Yudho bisa bermakna perang dan Yono yang memiliki makna kemenangan.

Pada 1965 oleh orang tuanya, SBY kecil didaftarkan ke sekolah rayat (SR) yang terletak di Desa Purwosari, Kecamatan Kebonagung. Lingkungan masa kecilnya itu menuntutnya untuk belajar secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu ia bnyak membaca buku dari jenis komik hingga pewayangan yang secara tidak disadari hal itu membuatnya menjadi pengaruh bagi kepribadiannya. SBY Kecil memiliki kepribadian yang sopan, halus, beretika dan menghargai sesama.

Menginjak usia remaja, SBY tidak hanya memiliki keunggulan dalam hal pengetahuan namun juga sikapnya yang rela menolong sesama. Pernah terjadi suatu hari teman sekelasnya yang juga merupakan anggota grup band nya, memiliki masalah tak bisa membayar uang sekolah. Namun SBY tidak hanya diam saja, ia mencari jalan keluar dengan menjual sepeda miliknya. Selain itu, ketika aksi panggung SBY selalu membawa pakaian ganti yang kemudian ia pinjamkan kepada temannya agar temannya bisa terlihat keren dengan dirinya. Itulah sifat rela menolong yang dimiliki SBY remaja.

Usai dinyatakan lulus dari SMA Pacitan SBY remaja mendaftar ke Institut Teknologi 10 November (ITS). Namun hal itu hanya ia lakukan sebagai pengisi waktu karena hati nuraninya tertambat masuk ke AMN (kini AKABRI). Akhir 1969, pendaftaran AMN dibuka. Ia segera berangkat ke Malang untuk melakukan tes dan akhirnya ia bisa lulus. Kemudian tes kedua diadakan di Bandung, berkat Ridha Alloh SWT dan usahanya akhirnya ia lulus dan mengantarkannya ke Magelang untuk mengikuti pendidikan militer yang pertama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline