Apabila terdapat sebuah pertanyaan yang dilontarka "Apa Kamu bisa menulis?" tentu saja kita akan menjawab dengan ringan "Bisa." Namun berbeda halnya apabila kita menemukan pertanyaan "Apa kamu terampil menulis?" mungkin sebagian besar orang akan bingung untuk menjawab hal tersebut. Hal itu bukan sekedar masalah jawaban bisa atau tidak melainkan mempersempit pembahasan dan memandang menulis sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit.
Keterampilan berbahasa (language arts, language skill) dalam istilah lain caturtunggal terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterampilan berbicara berkitan erat dengan keterampilan menyimak. Sedangkan keterampilan menulis sangat berkaitan erat dengan keterampilan membaca.
Pembahasan di muka mengenai menulis adalah keterampilan yang sulit bukanlah "mitos" belaka. Contoh pengalaman dalam keseharian; bila kita mendapat tugas untuk menyusun artikel atau makalah yang diberi guru/dosen bila hanya mengandalkan jawaban "bisa" tentu saja kita bisa akan tetapi mungkin guru/dosen yang menugaskan akan memberi banyak koreksi/revisi terhadap tulisan kita. Entah itu koreksi terhadap isi makalah (diksi, konjungsi, kalimat efektif dll), koreksi terhadap cara pengutipan, dll. Koreksi dan revisi itu merupakan salah satu ciri dari keterampilan menulis itu sulit.
Begitu pula halnya dengan menulis karya sastra. Entah itu puisi, cerpen, novel ataupun naskah drama. Untuk menulis puisi sebagai contoh, terkadang kita memberikan coretan agar kata-kata yang terdapat dalam naskah puisi kita dapat lebih terasa "puitis". Belum lagi perhatian terhadap style (gaya bahasa), keselarasan tema, dll. Sekali lagi dengan adanya "coretan" itu menandakan bahwa menulis itu tidak mudah.
Pisau yang sering diasah akan terjaga ketajamannya. Begitu pun dengan "Pena yang selalu basah akan terampil pula pemiliknya." Ungkapan yang penulis maksud tentu mengenai latihan. Latihan secara konsisten dan terbimbing tentu akan mempertajam keterampilan kita untuk menulis.
Ada banyak cara dalam melatih keterampilan menulis. Namun dalam kesempatan ini penulis hanya ingin memberi saran berdasarkan pengalaman. "Satu Hari Satu Tema." Kita dapat menulis fiksi atau nonfiksi. Lebih mudah lagi untuk membiasakan aktivitas menulis kita dapat memulai latihan dengan menulis buku harian. Namun, tentu saja dengan pembiasaan koreksi (editing ringan) setelah menulis. Pembiasaan ini nantinya dapat membantu mengasah kemampuan kita dalam menulis (penggunaan tanda baca yang sesuai, penentuan diksi, kalimat efektif, dll.).
Apabila kita telah terbiasa dengan aktivitas menulis, selanjutnya kita coba secara khusus untuk menulis fiksi atau nonfiksi. Seperti contoh dalam beberapa waktu kita bisa coba menyusun makalah, artikel, jurnal, puisi, cerpen. Tentu saja dalam tulisan tertentu baik fiksi atau nonfiksi bila dipaksakan pengerjaan selama sehari akan banyak mendapat kesulitan. Yang dapat kita lakukan adalah menambah kuantitas tulisan kita, karena kita terbiasa dalam menulis buku harian ditambah menulis makalah atau artikel misalnya. Kemudian kita tentukan juga tenggat waktu untuk penyelesaianya. Hal itu dimaksudkan agar kita bisa disiplin dan konsisten untuk menulis.
Saran sebelum melakukan hal di atas, alangkah baiknya kita perbanyak aktivitas membaca. Seperti bahasan awal yang diulas, menulis itu sangat dipengaruhi oleh membaca. Maka itu, perbanyak aktivitas membaca sebelum mulai menulis. Memiliki pengetahuan di awal sebelum menulis dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil tulisan. Tentunya kita dapat membaca mengenai berbagai hal sesuai dengan kebutuhan. Namun sebagai dasar jangan lupa juga untuk membaca dan mempelajari mengenai aturan penulisan atau ejaan. Lebih khususnya ejaan bahasa Indonesia (PUEBI).
Demikianlah lah pembahasan mengenai artikel Menulis ini. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat bagi kita semua walau penulis menyadari artikel ini terdapat banyak kekurangan. Kritik yang disampaikan tentu akan menjadi sebuah kekayaan bagi penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H