Lihat ke Halaman Asli

Majelis Dikdasmen dan PNF DIY

Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal D.I. Yogyakarta

5 Kultur Budaya AIK di Sekolah/Madrasah Muhammadiyah

Diperbarui: 28 Maret 2024   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Majelis Dikdasmen PNF DIY, Achmad Muhamad, M.Ag. (Dok. dikdasmenpnfdiy)

Dikdasmen PNF DIY – Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan Nonformal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D. I. Yogyakarta (Dikdasmen PNF PWM DIY) kembali menyelenggarakan pembinaan Wakil Kepala (Waka) Bidang Kurikulum, Kesiswaan, dan ISMUBA Jenjang SMA/SMK/MA/SLB se-DIY.

Agenda yang berlangsung pada Selasa, (25/3/2024) bertempat di Grha Ibnu Sina SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ini dihadiri secara langsung oleh Ketua Majelis Dikdasmen PNF DIY, Achmad Muhamad, M.Ag., ditemani Fathur Rahman, M.Si., selaku Sekretaris. Selain itu, hadir selaku narasumber yakni Sekretaris PWM DIY, Arif Jamali Muis, S.Pd., M.Pd.

Pada pengantarnya, Achmad mengawali dengan mengutip salah satu kata dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yakni “la’alla” yang berarti harapan. Dalam pandangannya, kata tersebut merujuk perintah puasa yang dijalani umat Islam sebagai kewajiban orang beriman agar menjadi manusia yang berpengharapan.

“Tentu pengharapannya adalah la’allakum tattaqun, dan tattaqun itu sendiri bermakna proses bertakwa. Puasa menjadi bagian ikhtiar kita untuk terus berproses dalam menyempurnakan ketakwaan dengan perasaan, suasana pikiran dan hati yang terus optimis dan tidak pernah berhenti,” terang Achmad.

Selaras dengan itu, Achmad menyebut makna surah Al-Baqarah ayat 1-5 bahwa seseorang yang bertakwa itu identik dengan pemenang, unggul dan bahagia. Dan ciri tersebut menjadi pondasi dalam mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan.

“Maka dalam konteks pendidikan sekolah/madrasah, kita yang diamanahi oleh Persyarikatan mengelola sekolah sudah seharusnya selalu berpengharapan, optimisme dan berikhtiar secara sungguh-sungguh mewujudkan sekolah yang pemenang, unggul dan membahagiakan. Sehingga mustahil bisa bahagia jika sekolah tidak unggul,” jelasnya.

Kemudian, Achmad mengingatkan indikator sekolah/madrasah Muhammadiyah unggul yang perlu dilakukan oleh Waka Bidang Kurikulum, Kesiswaan, dan ISMUBA adalah mewujudkan ekosistem pembelajaran yang berkualitas.  “Salah satu kunci kesuksesan sekolah unggul adalah sistem atau proses pembelajaran semakin bermutu dan berkualitas, hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan juga banyak menarik calon siswa baru,” tegas Achmad. 

Budaya Al-Islam & Kemuhammadiyahan (AIK)

Lebih lanjut, Achmad juga mengingatkan pentingnya indikator Budaya AIK. Dalam hal ini, Achmad menyampaikan 5 indikator Budaya AIK yang wajib ada sebagai kultur dan ruh di sekolah/madrasah unggul Muhammadiyah.

Kelima indikator itu meliputi, Tertib Salat bagi seluruh warga sekolah, Tertib Tadarus, Melakukan Kajian AIK sebagai ruh dari pengelolaan sekolah/madrasah, Motivasi Berprestasi, sekolah terus menggali potensi dan mendorong siswa agar memiliki motivasi dalam berkompetisi dan berprestasi, dan terakhir Tumbuhnya Organisasi otonom (Ortom) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Hizbul Wathan (HW) dan, Tapak Suci (TS) sebagai wahana kaderisasi.

“Kelima indikator ini merupakan kultur AIK yang harus ada dalam menciptakan sekolah unggul Muhammadiyah. Maka, kita semua diharapkan terus berpengharapan, terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam implementasi yang dapat dilihat di kurikulum, program sekolah, hingga tahap evaluasi, baik dari sisi kompetensi guru maupun siswa,” papar Achmad.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline