Lihat ke Halaman Asli

BAHTIAR

Dikari elegi

Filosofi Nihilsm dan Arthur Fleck dalam Film The Joker

Diperbarui: 19 Januari 2023   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( Sumber Gambar : wordpress )

Buat apa kita hidup, buat apa sekolah, buat apa cari uang, buat apa menikah, buat apa punya anak,  ujung-ujungnya mati juga. Apa sih yg kita kejar di dunia ini sebenernya? sering aku tanyakan pertanyaan-pertanyaan itu ke diri aku sendiri. Tak kunjung aku mendapatkan jawabannya. Namun tanpa sadar ternyata aku sudah menerapkan nihilisme. 

Seperti yang dikatakan oleh seorang penulis bernama Alan Watts. "saya adalah apa yang terjadi antara ruang bersalin dan krematorium." Hidup hanyalah sebatas itu. Jadi ya sudah, jalani saja tanpa berpikir secara berlebihan. Karena semua dalam hidup ini adalah nihil

Kali ini kita akan menggarap filosofi NIHILISM atau Nihilisme dan kita akan coba analisa melalui karakter Arthur Fleck dalam film The Joker.

Bagi seorang nihilis: Nilai dalam hidup itu didasarkan oleh ketiadaan, atau nothing. Tapi apakah Nihilisme ini sebenarnya bisa membantu hidup kita?

( Sumber Gambar : wikipedia )

LATAR BELAKANG NIHILISME Dibuat terkenal oleh seorang filsuf Jerman bernama Friedrich Nietzsche pada tahun sekitar 1800an akhir. Nihilisme ini terus berkembang dan dilestarikan oleh generasi-generasi penerusnya. Nihilisme berasal dari kata Nihil atau nol. Yang berarti tidak ada, hampa, kosong, dan lain sebagainya. 

Para nihilis ini memandang bahwa life is meaningless atau hidup itu ya tidak bermakna. Mereka menolak norma umum dan arti kehidupan yang standar dianut oleh orang-orang. Kalau pandangan kita yg sering diajarkan itu ya dalam hidup harus berbuat baik, biar nanti mati bisa masuk surga. Bagi para nihilis hidup itu sebatas kita tinggal di bumi, setelah itu; semua kerja keras, semua orang, semua harta, dan segalanya yang kita miliki akan kita tinggalkan saat kita mati. orang nihilis hampir sama seperti pesimis.

Menggunakan analogi yang sudah sangat sering dipakai. Nihilisme dan Pesimisme sungguhlah berbeda. Semisal ada gelas yang diisi setengah. Kalian akan menyebutnya itu gelas setengah terisi atau gelas setengah kosong?, Bagi orang pesimis akan menjawabnya itu gelas setengah kosong. Bagi orang optimis akan menjawabnya itu gelas setengah terisi. Tetapi bagi seorang nihilis, justru  gelas itu tidak penting. Pokoknya ada airnya. Kalau haus diminum, kalau tidak haus dibuang saja. Seorang pesimis menganggap semuanya itu akan berakhir buruk. sedangkan seorang nihilis menganggap tidak ada yang namanya buruk, tidak ada yang namanya baik. Baik atau buruk itu hanyalah ciptaan manusia saja.

Tetapi ketiadaartian nihilisme ini lalu membuat paradoks. Kalau nihilis percaya dengan ketiadaan, artinya ketiadaan itu justru menjadi sesuatu yang di percaya. Nihilisme percaya dengan sesuatu itu. Sedangkan tadi katanya nihilisme adalah kepercayaan terhadap ketiadaan. Paradoks ini lalu memunculkan pertanyaan juga seperti ini: kalau kita tidak mengejar apapun, berarti untuk apa kita hidup?. Nah Pertanyaan ini akan terjawab nanti.

Macam-macam Nihilisme sebenernya seiring perkembangan jaman. Filosofi Nihilism ini jadi banyak bentukannya. seperti ada Epistemological nihilism yang maksudnya adalah menyangkal ilmu pengetahuan karena secara empiris kekurangan bukti-bukti. Seperti kepercayaan oleh kaum flat earth. Yang menurut mereka semua foto-foto dan video perjalanan luar angkasa itu hanyalah editan belaka dan sering merpetanyakan bukti-buktinya. lalu ada Cosmic nihilism yang maksudnya melihat kehidupan manusia dari perspektif semesta kita. Seperti kita manusia hanyalah micropartikel dari semesta ini, ada juga metaphysical nihilism, political nihilism, dan lain sejenisnya. Tetapi jika membahas semua pendekatan ini maka akan sangat panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline