Tahukah kamu bahwa setiap kali kita membeli produk kecantikan baru, kita mungkin juga ikut berkontribusi pada masalah lingkungan global? Ini adalah kenyataan pahit di balik tren fast beauty. Seperti namanya, fast beauty merujuk pada produk kecantikan yang diproduksi dan diluncurkan dengan cepat untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berubah. Di dunia yang serba cepat ini, banyak orang mencari cara untuk tampil cantik dengan cepat dan mudah. Namun, di balik kemudahan itu, ada konsekuensi yang mungkin kita abaikan. Mari kita telaah lebih dalam fenomena fast beauty ini, dan bagaimana ia memengaruhi lingkungan kita.
Apa Itu Fast Beauty?
Bayangkan kamu melihat produk kecantikan baru di media sosial—mungkin pelembab wajah dengan kemasan mewah atau gincu dengan warna baru. Dalam hitungan minggu, produk itu sudah tersedia di toko langgananmu. Fast beauty bekerja dengan cara ini—perusahaan kecantikan berusaha mengikuti tren dengan meluncurkan produk secepat mungkin. Ini membuat kita seringkali membeli lebih banyak produk daripada yang sebenarnya kita butuhkan (alias membeli karena FOMO). Masalahnya? Siklus produksi yang cepat dan konsumsi berlebih ini meninggalkan jejak lingkungan yang tidak sedikit.
Plastik dan Limbah: Bestie yang Tak Terpisahkan
Setiap kemasan produk kecantikan biasanya menggunakan plastik, terutama produk fast beauty yang cenderung mengutamakan estetika. Masalahnya, sebagian besar plastik ini sulit didaur ulang dan berakhir di tempat pembuangan akhir atau lebih buruk lagi—mencemari lautan kita. Menurut data dari Zero Waste Week UK di tahun 2018, industri kecantikan menghasilkan lebih dari 120 miliar unit kemasan plastik setiap tahunnya. Bayangkan, sebagian besar dari plastik ini akan tetap ada di bumi selama ratusan tahun sebelum akhirnya terurai.
Siklus hidup produk kecantikan juga biasanya lebih pendek. Karena banyak konsumen membeli produk berdasarkan tren, begitu tren berakhir, produk tersebut sering kali dibuang begitu saja. Akibatnya, banyak produk setengah terpakai yang berakhir sebagai limbah yang mencemari lingkungan.
Mikroplastik yang Mengancam Lautan
Pernah dengar tentang mikroplastik? Mikroplastik adalah partikel plastik sangat kecil yang sering digunakan dalam produk seperti scrub wajah atau makeup. Partikel kecil ini tak bisa tersaring dengan sempurna oleh sistem pembuangan air dan akhirnya mengalir ke sungai dan laut. Mikroplastik ini dapat dimakan oleh ikan dan makhluk laut lainnya, dan ujung-ujungnya bisa masuk ke rantai makanan kita. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Environmental Science, mikroplastik kini sudah ditemukan di tubuh banyak hewan laut yang sering kita konsumsi, dari ikan hingga kerang.
Bahan Baku Tidak Ramah Lingkungan
Selain masalah plastik, banyak produk fast beauty yang menggunakan bahan-bahan tidak berkelanjutan. Misalnya, minyak kelapa sawit yang sering ditemukan dalam kosmetik. Produksi minyak kelapa sawit telah dikaitkan dengan deforestasi besar-besaran di kawasan Asia Tenggara. Menurut World Wildlife Fund (WWF), deforestasi ini mengancam habitat spesies langka seperti orangutan, sekaligus memperburuk krisis iklim dengan meningkatkan emisi karbon.
Tidak hanya itu, proses produksi produk kecantikan juga memerlukan banyak energi dan sumber daya alam. Banyak perusahaan menggunakan metode yang tidak ramah lingkungan untuk memproduksi barang-barang mereka. Ini termasuk penggunaan air dalam jumlah besar dan emisi karbon dari transportasi barang.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai konsumen, kita memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu ambil untuk membantu mengurangi dampak lingkungan dari tren fast beauty:
Pilih Produk dengan Kemasan Ramah Lingkungan
Banyak merek sekarang mulai beralih ke kemasan yang dapat didaur ulang atau isi ulang. Dengan memilih produk seperti ini, kita bisa membantu mengurangi jumlah plastik yang berakhir di tempat sampah.Kurangi Pembelian Impulsif
Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu benar-benar butuh produk kecantikan baru, yang lucu, imut, dan gemas itu? Atau apakah kamu hanya FOMO saja? Dengan membeli produk secara bijak, kita bisa berupaya mengurangi limbah.