Lihat ke Halaman Asli

Pakar Menilai, Hasil Survei Bukan Penentu Kemenangan

Diperbarui: 26 Maret 2018   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto; Zak

Banyaknya pemberitaan hasil survey yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga survey terhadap keempat pasangan calon Gubernur menuai banyak tanggapan. Salah satunya adalah tanggapan dari seorang Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing. Hasil survey yang beredar saat ini menurut Emrus tidak bisa menjadi patokan yang pasti. Ia mengungkapkan bahwa hasil survey yang dilakukan harus dengan penjelasan metodologi yang akurat dan bisa dipertangungjawabkan keabsahannya.

Adanya potensi dari lembaga survey yang bertujuan memenangkan salah satu pasangan calon. Berbagai lembaga mengelurkan hasiln surveynya dan kebanyakan menmpatkan pasangan Ridwan Kamil Uu Ruzhanul berada di urutan teratas atau paling tinggi dan TB.Hasanuddin (Kang Hasan) dan Anton Charliyan (Kang Hasan) atau pasangan Hasanah berada diurutan terendah.

Menurut Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing yang dilansir di beberapa media, bahwa hasil survey bersifat sesaat dan tidak secara mendalam sehingga tidak bisa dijadikan jaminan kemenangan oleh para pasangan calon. Ia beranggapan bahwa hasil survey yang beredar sekarang bukan penentu kemenangan.

Emrus yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Pelita Harapan (UPH) mengomentar, terkait hasil survey yang dikeluarkan berbagai lembaga, kata beliau seharusnya para lembaga survey (surveyor) memaparkan metdologi dari proses survey tersebut bukan hanya sekedar hasilnya saja untuk menentukan kualitas dan vaiditas hasil survey tersebut. Ia juga menghimbau agar masyarakat tidak terpengaruh, karena bisa jadi hal ini menjadi alat untuk penggirng opini masyarakat.

"Selain itu, kita harus tahu Pembiayanya siapa, apakah dari kelompok yang netral, itu semua harus dibongkar ke publik agar masyarakat tahu," paparnya.

Oleh karenanya Ia mengajak agar masyarakat Jawa Barat lebih jeli dalam menentukan calon pemimpinnya. Bukan terpengaruh karena hasil survey. Menurutnya, yang paling penting adalah memilih pemimpin Jawa Barat berdasarkan sosok dan program yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan di Jawa Barat, bukan berdasarkan hasil survey.

"Mana program yang bisa menjadi solusi bagi rakyat Jawa Barat, maka itulah yang harus dipilih oleh masyarakat Jabar. Bukan berarti mereka yang tingkat surveynya lebih baik otomotis baik programnya, belum tentu," tegasnya.

Emrus juga menghimbau kepada pasangan calon untuk tidak terlena oleh hasil survey, namun dengan terus memberikan kontribusi terhadap masyarakat baik secara langsung atau menggunakan media sosial untuk memenangkan hati rakyat. Ia berpesan agar setiap pasangan calon menawarkan program yang bisa menjadi jawaban atas permasalahan yang ada di Jawa Barat.

Melihat perkembangan hasil survey, banyak menuai pertanyaan di masyarakat, apakah hasil surey yang ada ini benar-benar dihasilkan dari penlitian yang mendalam atau tidak, atau ini hanya sekedar survey yang tidak berdasar sama sekali. Maka, seharusnya pihak-pihak terkait tidak terpengaruh oleh cara-cara yang keliru. Masyarakat mengharapakan Pilgub yang benar-benar sehat, bersih dan tidak ternodai oleh cara-cara yang kurang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline