Belalang itu tak lagi punya tempat bernaung
Rerumputan hijau hilang ditelan bara
Menyisakan bau kehancuran yang menyengat
Juga jejak kaki ketamakan yang sangat jelas
Bayangan kehancuran bangkit perlahan dari sana
Belalang itu tak lagi punya tempat minum
Air segar sudah hilang oleh gumpalan racun plastik
Menutup wajah air yang mengalir dari hulu ke hilir
Membunuh segala kehidupan di sungai itu
Sungguh ironis sumber kehidupan berubah menjadi racun
Belalang itu tak lagi punya tempat bernapas
Udara segar sudah tak ada lagi disana
Jelaga hitam pekat yang meyesakkan menutupi langit biru
Pohon hijau hilang dimakan oleh lautan beton yang bertumbuh
Lautan hedonisme yang bodoh memusnahkan segalanya
Meski pada akhirnya sang belalang mati
Tapi dia pernah bisa mendapatkan akhir yang nyaman
Karena tidak ada lagi tanah dingin untuk tidur
Yang ada hanyalah beton keras yang keji
Beton itu menolak pelukan bumi yang hangat
Sebenarnya...
Dimanakah tempat untuk belalang itu
Tempat dimana dia bisa hidup dengan nyaman
Hidup dengan nyaman meski hanya sesaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H