Musik kontemporer di Indonesia memiliki kekhasannya masing- masing. Kekhasan ini salah satunya tedapat dalam diri masing- masing komposer. Yakni kekhasannya terletak dalam kesadaran kelompok atau gotong royong para musisi yang memainkan karya tersebut.
Dalam telinga orang Barat khususnya yang berorientasi pada aliran Wina II, yaitu Schoenberg, Berg, Webern dan komponis- komponis yang mengembangkan aliran musik ini, beranggapan bahwa kebanyakan komposisi musik kontemporer di Indonesia, dirasa sederhana, improvisatif dan bahkan seperti "main-main".
Arti kata "main- main disini dalam arti positif justru merupakan metode tertentu untuk mentransfer kesadaran kolektif pada suatu konsep karya seni yang lebih otonom. Dalam hal ini bentuk musikal pada saat pementasan seni terjadi karena adanya proses interaksi antar musisi. Hal ini biasanya tidak bisa dipelajari dari notasi partitur.
Salah satu komponis kontemporer Indonesia yang terkenal ialah Slamet Abdul Sjukur, dengan karyanya Ji-La La ji, Jawara dan Tatabuhan sungut. Dia merupakan pencetus konsep "minimax" artinya usaha (atau syarat) minimal, dengan efek yang paling maksimal setelah pengolahan materi/ karya oleh Slamet. Yang kedua adalah konsep "minimalisme" yang masih berhubungan dengan unsur yang pertama yaitu "minimax". Yang ketiga ialah unsur yang bersifat teknis.
Dieter Mack
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H