Lihat ke Halaman Asli

Eksistensi Museum di Tengah Pandemi

Diperbarui: 6 Oktober 2020   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun ini -2020- dunia diguncang wabah yang hampir melingkupi seluruh penjuru dunia, mulai dari negara berkembang hingga negara maju sekalipun. Bahkan wabah Corona Virus Disease 2019 atau kita kenal juga dengan istilah Covid-19 ini melumpuhkan beberapa aspek penting dari tatanan kehidupan manusia. 

Di Indonesia, sebagai negara yang berpenduduk terpadat ke-4 di dunia penyebaran virus ini sangat meresahkan dan mempengaruhi berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan publik dialihkan menjadi online atau Work From Home (Bekerja Dari Rumah). 

Proses pendidikan ialah yang paling mencolok dikalangan mahasiswa/i di negara kita, yang mana dalam hal ini pemerintah menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau online learning. Penggunaan dan penguasaan terhadap teknologi pada masa-masa ini menjadi lebih penting dan sifatnya urgensi. 

Di tengah keterbatasan yang melanda negara kita karena pemerataan pembangunan yang kurang diperhatikan sejumlah hal pun seolah terabaikan. Salah satu diantaranya adalah eksistensi dari museum. 

Di tengah pandemi Covid-19 ini, keberadaan museum yang tadinya memang tidak begitu diperhatikan oleh kalangan muda kembali lagi seolah hilang dari pandangan anak-anak penerus bangsa di masa depan. Sejak pemberlakuan pembatasan sosial dan anjuran WFH banyak pengunjung yang ingin ke museum membatalkan kunjungannya.

Tanggal 18 Mei 2020 lalu diperingati sebagai International Museum Day atau hari museum internasional. Dalam peringatan tahun ini ditengah situasi pandemi global ICOM atau International Counsil Of Museums menggelar kegiatan Virtual Tour

Dalam upaya menumbuhkan kembali minat para pengunjung museum apalagi para kaum muda. Tur Virtual sudah berlaku di negara kita sejak Oktober 2016 namun karena keadaan yang mengharuskan masyarakat menjaga jarak aktivitas tur virtual semakin digalakkan, ini merupakan serangkaian aktivitas penunjang produktivitas ditengah pandemi. 

Di samping itu pula diselenggarakan kegiatan Webinar (web seminar) seputar museum dan eksistensinya ditengah pandemi yang melanda dunia. Hal ini dilaksanakan via aplikasi seperti Zoom, Google Meet, WeBex Cisco, WhatsApp Group dan lain sebagainya. Terntu memang hal ini melibatkan berbagai pihak yang bersinergi dan ini termasuk salah satu usaha dari pengenalan sekaligus pengembangan museum khususnya di Indonesia. 

Banyak artikel yang menulis bahwasannya orang-orang muda atau dikatakan millennial cenderung tidak tertarik berkunjung ke museum sebaliknya lebih memilih ke tempat-tempat yang "modern" dan "kekinian" seperti mall atau pusat rekreasi lain yang "instagramable". Jika pada museum tradisional program kegiatan museum lebih fokus pada preservasi dan konservasi (pameran) koleksi, pada museum modern program kegiatan di museum ditambah dengan edukasi sebagai pendukung pameran, misalnya seminar, workshop, dan sebagainya (Magetsari, 2011).

Komunitas & Millenial

Komunitas atau perkumpulan yang dibentuk dengan suatu tujuan yang sama, erat sekali dengan kehidupan millennial. Banyak yang masuk komunitas sebagai ajang menambah relasi dan pengembangan diri atau sekedar menyalurkan hobi dan mengisi waktu luang. Hal ini yang ditangkap sebagai peluang bagi sebagian sektor seperti lembaga sosial misalnya yang melibatkan komunitas dengan tujuan yang sama dengan mereka untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas lagi. Tentulah bila museum juga dapat menerapkan hal yang sama maka museum dapat menjangkau masyarakat dengan lebih luas pula termasuk para millennial yang cenderung enggan mendatangi museum yang lekat dengan citra "kuno".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline