Lihat ke Halaman Asli

Kata-kata Einstein

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hidup itu seperti naik sepeda, agar tetap seimbang kau harus terus bergerak…

Aku berpikir terus menerus selama berbulan-buan, dan bertahun-tahun, 99 kali, dan kesimpulannya salah. Untuk yang ke-100 kalinya baru aku benar.

Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk hari ini, berharaplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya.

Aneh rasanya dikenal sedemikian universal tapi begitu kesepian.

Dengan ketenaran aku jadi semakin bodoh, tentunya hal ini telah menjadi fenomena yang sangat lazim.

Dulu aku biasa berpergian selama berminggu-minggu dalam keadaan bingung. Aku suka berpergian, tapi benci ketika sampai.

Apa tidak aneh, kalau aku yang menulis buku-buku yang tidak populer itu lantas menjadi seorang yang populer ?

Kalau mereka ingin menemuiku, aku ada disini. Kalau mereka ingin bertemu dengan pakaianku, bukalah lemariku dan tunjukkan pakaianku kepada mereka. (ketika istrinya memintanya berganti pakaian untuk menemui Duta Besar Jerman).

Aku benci keramaian banyak orang dan harus berpidato. Aku benci disorot kamera dan harus menjawab berondongan pertanyaan. Kenapa popularitas mencengkeram aku- yang seorang ilmuan- yang selalu berurusan dengan hal-hal abstrak dan merasa bahagia bila sendirian. Sebuah manifestasi psikologi massa yang berada di luar jangkauanku.

Membangun hubungan yang harmonis dengan seorang wanita (adalah) suatu usaha yang dua kali gagal aku lakukan secara memalukan.

Sungguh menyenangkan bagiku manyaksikan sikap keras seorang yang mengaku nonkorformis yang tak bisa dibenahi.

Yang paling menyedihkan tentang generasi muda adalah bahwa aku tak lagi menjadi bagiannya.

Sebagai hukuman atas kemuakkanku terhadap kekuasaan, takdir telah memberiku kekuasaan atas diri sendiri.

Kalau teori relativistasku terbukti berhasil, Jerman akan mengklaim aku sebagai orang Jerman dan Perancis akan menyatakan aku sebagai warga dunia. Namun kalau teoriku ternyata tidak berhasil, Perancis akan mengklaimku sebagai orang Jerman dan Jerman akan menyatakan bahwa aku adalah orang Yahudi.

Sebuah pertanyaan yang kadang membuatku bingung : aku atau orang lainkah yang gila ?

Hakikatku adalah apa yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan.

Dengan membiarkan imajinasiku berkelana bebas, aku cukup layak disebut sebagai seorang seniman.

Aku bukan sekedar pecinta damai, tapi seorang pecinta damai yang militant. Aku mau bertarung demi kedamaian. Tidak ada yang bisa mengakhiri perang kecuali orang-orang menolak untuk pergi berperang.

Aku tidak tahu, tak peduli, tidak ada bedanya.

Andaikata aku tahu, aku akan jadi seorang pandai besi.

Biarkan setiap orang dihormati sebagai individu dan tidak ada yang diidolakan.

Betapa aku berharap di suatu tempat ada sebuah pulau bagi mereka yang bijak dan beritikad baik ! di tempat semacam itu pun aku bisa jadi seorang patriot yang berapi-api.

Anda bertanya apa aku mempunyai buku catatan untuk merekam gagasan-gagasan besar saya. Aku hanya pernah punya satu buah.

Kesunyian itu menyakitkan ketika orang masih muda, tapi nikmat ketika dia sudah lebih dewasa.

Itulah beberapa kumpulan kata-kata Einstein yang dikumpulkan selama perjalan hidupnya. Kata-katanya cukup menginspirasi dalam hidup kita.

Meski ia mengatakan “Aku tidak punya bakat khusus “ Aku hanyalah orang yang penasaran. Namun nama Einstein sangat identik dengan katajenius. Karya dan penemuannya yang luar biasa membuat abadi dan hingga kini bahkan mungkin hingga beberapa kurun yang akan dating belum tertandingi.

Einstein mempunyai kemampuan berlipat dan berkonsentrasi menghadapi berbagai persoalan yang sulit. Sepanjang persoalan tersebut menarik perhatiannya, ia dapat memeras otak sekaligus batinnya untuk menyelesaikan dan menguraikan kerumitannya menjadi sederhana. (Sumber kata-kata bijak Einstein)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline