Santri sekarang berbeda dengan santri jaman dahulu. Santri jaman dahulu menghadapi musuh nyata yaitu melawan penjajah belanda atau wujud meriam-meriam. Sedangkan santri sekarang dihadapkan dengan musuh yang yang tidak tampak yaitu dihadapkan dengan pemikirann-pemikiran yang aneh-aneh. Itulah salah satu kutipan dalam acara Sarasehan Budaya " Santri & NKRI" bersama Caknun dan Kiai Kanjeng. Acara tersebut dilaksanakan di Wisma Kagama UGM pada tanggal 15 desember.
Acara yang dimulai sekitar jam 19.00 WIB itu digagas oleh CSSMORA UGM (Community of Santri scholars of Ministry of Religous affairs). Dalam kesempatan tersebut Emha Ainun Najdib atau yang sering dipanggil Cak Nun menantang kontribusi mahasiswa UGM tentang NKRI. Sebelum kontribusi lebih lanjut atau lebih mendalam terhadap NKRI, lebih baik kita mulai dari diri kita sendiri.
Cak Nun mengibaratkan, kita mau mengupas mangganya terlebih dahulu, atau baru mengasah pisaunya, atau lebih jauh lagi baru mau memilih jenis pisau apa. Sebelum kita mengupas mangga atau berbicara mengenai NKRI kita harus mengetahui dulu harus tahu dulu pisau apa yang kita pilih. Pisau ini ibarat diri kita yang kecil. Kita harus tahu dulu sejarah-sejarah yang dulu-dulu seperti sejarah Kiayi Hasyim Asyari, yang dulunya beliau terkenal dengan Revolusi jihadnya. Beliau lahir dimana, tinggi badanya berapa sampai warna kulitnya warna apa. Kata Cak Nun hal-hal kecil semacam itu kita juga harus tahu sebelum berbicara masalah NKRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H