Lihat ke Halaman Asli

Awas Go Green

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Istilah go green mungkin sudah tidak asing lagi. Yakni kegiatan yang menyerukan kepada penghijauan dan ramah lingkungan. Namun istilah-istilah lain yang mencatut go green cukup banyak, mulai green energi, green tecnology, green produk dan yang lain-lain yang berembel-embel green. Apa sebenarnya yang dimaksd dengan istilah ini?

Maraknya isu mengenai global warming (pemanasan global) menyangkut berbagai kalangan untuk menanggapinya. Kepekaan itu lebih kepada bagaimana cara untuk menyelamatkan bumi dari global warming. Salah satu caranya adalah melakukan kegiatan yang ramah lingkungan, misalnya menanam pohon, mengurangi penggunaan sumber daya alam (SDA) yang tak dapat diperbarui, hingga mengunakan kemasan dan produk yang bisa didaur ulang.

Kegiatan tersebut akhirnya dilirik berbagai industri sebagai alat untuk mempromosikan produknya. Industri melihat kegiatan go green sebagai sasaran empuk untuk mempromosikan produknya. Terlebih masyarakat sedang gandrung melakukan kegiata go green, misalnya lebih baik menggunakan sepeda dari pada memakai sepeda motor, menggunakan paper bag dari pada menggemborkan bahwa produk yang dihasilkanya diproses menggunakan sistem go green.

Kian maraknya industri menggunakan konsep promosi go green (green marketing) menimbulkan istilah baru dalam rentetanya, yakni greenwashing. Menurut beberapa sumber, istilah ini muncul sejak tahun 2000-an ketika perusahaan atau koorporasi mulai terlibat dalam promosi dan kampanye hijau. Sebenarnya cukup bagus apabila kampanye tersebut benar dan faktanya kegiatanya seperti itu. Sebab industri yang dianggap pencipta limbah telah tergerak untuk mengantisipasinya dan berubah menjadi ramah lingkungan. Bila itu hanya embel-embel atau hanya srategi marketing saja, maka timbulah istilah greenwashing.

Dalam kamus oxford, tidak ditemukan istilah tersebut, karena merupakan plesetan dari whitewashing. Istilah tersebut memilki arti tindakan untuk menyembunyikan fakta yang tatidak menyenangkan. Sehingga greenwashing dapat diartikan sebagai perusahaan memberi kesan pada konsumenya bahwa mereka ikut peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Padahal itu tidak terjadi dan hanya strategi untuk menari konsumen.

Sumber lain mengatakan bahwa greenwashing dilakukan dalam rangka membentuk branding dan citra perusahaan agar mengesankanya sebagai perusahaan yang mendukung kegiatan go green, melakukan kegiatan –kegiatan penghijauan, atau seolah-olah hasil yang dilakukan sebagai ramah lingkunagan, sehingga ia dapat meraup keuntungan besar karena produk laris manis dipasaran.

Kini sekarang masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya menjag bumi agar tetap nyaman. Bahkan menurut berbagai penelitian, konsumen saat ini sudah mulai menimbang manfaat dan efek saat membeli sebuah produk, dan tidak hanya melihat harga semata. Slah satu pertimbanganya adalah apakah produk yang dibeli degan menggunakan proses metode yang ramah lingkungan, apakah terbuat dari bahan yang mudah terurai, dan tidak menjadi sampah yang kekal, hingga persoalan lain yang bertentangan dengan konsep go green. Soal harga dinomorduakan untuk kalangan tersebut.

Barang tentu konsumen yang bersifat demikian melihatnya dari iklan dan promosi yang dilakukan produsen. Apabila hal tersebut hanya sebatas iklan, tentu cukup mengecewakan konsumen. Oleh sebab itu konsumen harus diedukasi agar tidak tertiu oleh manisnya iklan-iklan yang dibuat oleh produsen semacam itu. Seain itu akan menciptakan citra perusahaan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Namun bukan berarti fenomena akan berhenti. Semuanaya kembali kepada konsumen, tindakan apa yang akan dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkuan adalah hal yang terpenting. Bagaimana menjaga lingkungan, melakukan kegiatan yang ramah lingkungan, dan yang terpenting adalah menjaga keseimbangan. (dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline