Filsafat adalah pemahaman tentang pola struktur gerak semesta termasuk manusia. Berfilsafat adalah kegiatan memahami pola struktur gerak semesta yang dilandasi rasa cinta pada kebenaran yang hakiki.
Syariat adalah ketentuan yang ditetapkan berdasarkan wahyu dari Tuhan Semesta Alam yang bersifat praktis dan menggambarkan pola struktur gerak semesta yang berintikan pada makna Gotong Royong.
Ketika manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, ada pola pola gerak yang dapat kita pelajari dan dapat kita gambarkan struktur pola geraknya.
Setelah mengetahui struktur pola geraknya, kita dapat merangkaikan gambaran pola gerak tersebut dan menjabarkannya dalam bentuk rangkaian kata kata.
Syariat meletakkan dasar geraknya pada wahyu yang bersifat praktis, tanpa banyak pertimbangan. Saya dengar, saya ikuti.
Hal yang harus diuji oleh Filsafat ketika bertemu dengan Syariat adalah bagaimana konsep lengkap tentang pola struktur gerak semesta yang digambarkan Syariat hingga Syariat dapat menjadi hal yang dapat diikuti. Disini Syariat tidak memiliki kewajiban untuk memahami filsafat.
Dalam hal ini keputusan tentang apakah Syariat itu sesuai dengan pola struktur gerak semesta adalah keputusan yang bersifat filosofis yang dilakukan oleh para filsuf dan itu tidak berpengaruh pada ketetapan syariat. Sebab yang selalu "gelisah" adalah para filsuf yang sejak dahulu kala mereka berpikir, ssat ini baru menemukan fakta bahwa "seluruh kelereng berada pada botol yang sama."
Filsafat akan selalu gelisah sebab belum menemukan batas semesta dan belum mampu menemukan pola struktur gerak semesta yang sesungguhnya.
Namun demikian kegelisahan dalam filsafat adalah kunci menemukan hakikat pola gerak semesta alam, seperti ketika Ibrahim Alaihissalam menyatakan bahwa "saya tidak suka kepada yang tenggelam" - Al An'am ayat 76
Hingga suatu ketika Ibrahim Alaihissalam menjadi "tukang batu" yang membangun struktur geometri kehendak Tuhan Semesta Alam