Lihat ke Halaman Asli

Iwan

Ketua RW periode 2016 - 2026

Teologi Islam Milenial: Kafir (Tulisan ke-71)

Diperbarui: 5 April 2024   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

KAFIR

Dalam konsep Teologi Islam Milenial yang berpedoman pada pola geometri bangunan Ka'bah yang berisi persilangan garis yang membentuk pilihan pilihan, maka  menjadi Muslim atau Kafir adalah keniscayaan yang tak dapat kita tolak.

Tidak ada paksaan dalam beragama, Allah tak pernah dirugikan atas apa yang manusia pilih. Namun Allah katakan bahwa turunnya petunjuk kepada manusia bertujuan agar manusia tidak merasa khawatir dan bersedih hati atas apa yang terjadi di dunia ini.

Seorang Muslim harus sadar benar akan tugas dan tanggung jawabnya, hidup tidak khawatir dan bersedih hati dan menciptakan kehidupan yang tidak khawatir dan bersedih hati.

Ketika dihadapkan pada begitu banyak pulau, suku, agama / kepercayaan serta berbagai macam ideologi yang berkembang di masyarakat, maka bagi seorang Muslim adalah sebuah tantangan yang luar biasa untuk mempersatukan semua itu menciptakan rasa tidak khawatir dan bersedih hati sebagai manifestasi dari pemahaman akan tulisan sejarah yang Al Qalam tulis di Lauh Mahfudz, 50 ribu tahun sebelum semesta terwujud (kecuali Allah, Arsy', air , Lauh Mahfudz dan Al qalam sendiri yang sudah ada sebelum Al Qalam menulis).

Menghapus 7 kata dalam Piagam Jakarta bukanlah sebuah kekeliruan, melainkan sebuah jalan tantangan bagi umat Islam Indonesia untuk mewujudkan rasa tidak khawatir dan bersedih hati kepada seluruh bangsa Indonesia bahkan kepada seluruh dunia.

Dalam konsep kebangsaan Indonesia, makan kafir telah berubah menjadi siapa saja yang menciptakan rasa khawatir dan bersedih hati.

Wallahu'alam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline