Perubahan posisi bersikap.
Jika dikatakan bahwa tidak ada batas dalam bersabar, tidak ada batas dalam berusaha, tidak ada batas dalam berdoa, tidak ada batas dalam ber tawakal, tidak ada batas dalam ikhlas, tidak ada batas dalam bersyukur, tidak ada batas dalam berjihad, maka bagaimanakah menempatkan sikap sikap tersebut ketika menghadapi suatu keadaan.
Dalam tulisan saya ke 65, sedikit gambaran bagaimana bersikap dalam menghadapi suatu keadaan. Jika sabar tidak ada batasnya, lalu bagaimana jika keadaan kita makin terpuruk sebab dizholimi orang lain, maka sabar yang awalnya menempati urutan terdepan dalam bersikap, sekarang sikap berjihad untuk membela harga diri lah yang jadi terdepan. Sedangkan sabar tetap diterapkan sebagai bentuk keuletan dalam memperjuangkan hal tersebut.
Jika apa yang diperjuangkan tidak berhasil, maka sikap ikhlas harus dikedepankan, demikian juga sikap tawakal kepada Allah dan sikap bersyukur adalah hal yang harus disadari sebab kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk memiliki sikap sikap tersebut.
Kehendak / takdir Allah dianalogikan sebagai pola geometri bangunan Ka'bah yang merupakan sebuah ruang yang berisi persilangan persilangan garis yang saling berhubungan, membentuk koordinat koordinat tertentu. Setiap koordinat memiliki posisi yang berbeda beda. Itulah sebabnya kita perlu mencermati situasi dan kondisi yang kita hadapi.
Akhirnya saya maknai teologi sebagai ilmu yang mempelajari pola geometri Sabda Allah yang terlontar dari Wujud Allah yang berada diluar pola geometri Sabda Nya yang dibatasi oleh Arsy' namun masih terhubung dengan Wujud Allah.
Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H