Lihat ke Halaman Asli

Iwan

Ketua RW periode 2016 - 2026

Teologi Islam Milenial, Nihilisme (Tulisan ke Empat Puluh Tujuh)

Diperbarui: 21 Maret 2024   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nihilisme

Ketika modernisme memutus jalinan rangkaian jalan sejarah dan Post modernisme menjalin ulang kembali rangkaian jalan sejarah tersebut yang kemudian membuat kita dihadapkan pada begitu banyaknya koordinat sejarah yang dapat kita temui dan Post mopdernisme menyatakan bahwa semuanya adalah benar adanya.

Jika kita analogikan dengan sekumpulan kelereng di dalam sebuah botol, maka modernisme adalah sebuah kelereng di dalam botol tersebut. Karena kelereng tersebut adalah kelereng yang unik, yaitu kelereng Modernisme, maka kelereng yang lain harus dikeluarkan.

Ketika hanya ada sebutir kelereng di dalam botol dan ketika wadah botol mendapat guncangan maka kelereng tersebut mudah pecah terbentur dinding botol.

Post Modernisme mencoba mengembalikan kelereng kelereng lainnya ke dalam botol hingga botol tersebut terisi penuh oleh kelereng lainnya hingga ketika terjadi benturan, seluruh kelereng akan saling menopang.  

Nihilisme tidak bisa menerima kenyataan tersebut dengan menyatakan bahwa tak ada satupun hal di dunia ini bisa menerangkan realitas yang sebenarnya sebab bagaimana mungkin menyatakan bahwa sermuanya adalah benar hingga semua harus direkonstruksi ulang dengan mengangggap semua hal tak memiliki arti bahkan hidup dan kehidupan ini adalah tidak ada.

Ketika mencoba merekonstruksi ulang, Nihilisme menemui kesulitan untuk memulai sebab semua hal adalah tak bermakna bahkan diri kita sendiri yang sedang berpikir untuk merekonstruksi ulang hal tersebut.

Maka berteriaklah seseorang : Absurd !!!

Wallahu'alam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline