Lihat ke Halaman Asli

Iwan

Ketua RW periode 2016 - 2026

Teologi Islam Milenial, Semesta yang Terbatas (Tulisan Ketujuhbelas)

Diperbarui: 6 Maret 2024   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Semesta yang terbatas.

Begitu luasnya semesta hingga kita katakan bahwa semesta itu tiada batas.

Namun dapatkah kita menyadari bahwa segala sesuatu yang mampu memberikan kita pengetahuan adalah sesuatu yang memiliki batas.

Pengetahuan kita tentang matahari dan bulan dapat kita peroleh sebab matahari dan bulan memliki batas bentuk, energi, sifat dan materi.

Pengetahuan kita yang membuat kita mampu membuat sebuah kipas angin, disebabkan kita mampu memberi batas pada alat tersebut. Jika tidak mampu memberi batas, kita takkan pernah mampu membuat sebuah kipas angin karena kita harus mampu menemukan keseimbangan pada kipas angin tersebut.

Ketika kita menyadari adanya keseimbangan pada semesta ini, maka pastilah ada batas pada semesta ini. Jika tanpa batas, maka semesta ini takkan pernah ada, sebab takkan pernah ada keseimbangan yang tercipta tanpa adanya batas.

Hal apapun mampu kita pelajari, sebab segala sesuatu di dunia ini memiliki batas.

 Jika semesta ini tanpa batas, maka takkan kita temukan keseimbangan pada alam semesta ini.

Saat ini kita belum menemukan batas semesta tersebut, namun Allah memberikan gambaran yang menenangkan hati, yaitu dengan memberikan gambaran tentang Kemahaan Nya lewat Asmaul Husna, yang berfungsi juga sebagai batas akal pikiran kita.

Ketika Allah menyatakan bahwa Allah tidak serupa dengan mahluk, dimana cahaya dan gelap adalah mahluk. Maka dapatkah kita membayangkan sesuatu yang buka gelap dan bukan terang?

Diluar batas seluruh keseimbangan semesta, itulah Allah yang berada diatas batas (Arsy').

Wallahu'alam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline