Culinary Assessment De Access Surakarta Mempersiapkan Peserta Didik Masuk Ke Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) Siap Menjadi Entrepreneur Handal
De Access Hotel & Culinary Training Center menjadi salah satu barometer kampus kuliner terbaik di Soloraya dan Indonesia. De Access memiliki metodologi pembelajaran based on industry sehingga outputnya selalu bisa menjawab kebutuhan industri akan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten di bidangnya.
Perkembangan dunia kuliner yang sangat pesat dengan di pengaruhi berbagai program TV tentang kuliner, semakin menambah kecintaan masyarakat untuk memperdalam bidang ini. Dan terbukti, antusias anak muda Indonesia untuk menggeluti bidang ini sebagai bagian dari masa depan mereka semakin tinggi. Untuk jenjang karir di dunia kuliner pun juga sangat banyak tidak hanya menjadi Chef yang Profesional tetapi juga bisa menjadi Catering, Food Stylish, Bussiness Owner, Food Analysist & Creator, Food Demonstrator Pastry, Baking Stylish, Baking Demonstrator, Pengelola Operasional Restaurant dan masih banyak lagi.
De Access Hotel & Culinary Training Center hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, sebagai tempat peserta didik mengembangkan bakat & kemampuan mereka untuk menjadi calon Chef masa depan.
Setelah peserta didik menyelesaikan semua tugas dan kewajibanya di Bagian Akademik, mereka manjalani Culinary Assessment sebagai penilaian akhir sebelum mereka melaksanakan final test & on the job training.
Peserta didik di bagi dalam kelompok, yang masing - masing beranggotakan 3 orang. kelompok tersebut bertugas mempersiapkan satu set menu dimulai dari appetizer, soup, main course & dessert.
Tidak lupa, kegiatan tersebut diakhiri dengan presentasi dari masing - masing kelompok di hadapan Chef penguji. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan praktik langsung kepada peserta didik tentang apa yang akan dihadapi di dunia industri yang sesungguhnya nanti.
Penilaian kuliner menawarkan wawasan berharga mengenai kualitas suatu hidangan, hal ini bukannya tanpa tantangan. Subyektivitas, perbedaan budaya, dan preferensi individu dapat mempengaruhi proses penilaian, sehingga sulit untuk menetapkan standar universal.
Selain itu, menilai kualitas yang tidak berwujud seperti kreativitas dan inovasi pada dasarnya bersifat subjektif, sehingga mengharuskan Chef Instruktur untuk menerapkan kebijaksanaan dan ketidakberpihakan.