Lihat ke Halaman Asli

Membangun Budaya Sekolah Peduli Lingkungan di SMPIT Ibnu Khaldun

Diperbarui: 3 Juni 2024   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

smpitibnukhaldun

Kebersihan Lingkungan Sekolah tentu memberikan kenyamanan bagi seluruh penghuninya. Lingkungan yang bersih akan menciptakan kehidupan yang sehat dan harmonis. Mewujudkan lingkungan bersih bukanlah tugas yang mudah, karena berkaitan dengan perbaikan habit individu dan kelompok. Perlu adanya konsistensi yang kuat dari seluruh stakeholder di sekolah.

Sejak tahun 2022, SMPIT Ibnu Khaldun telah mewujudkan sekolah peduli lingkungan sehat. Berbagai upaya dilakukan oleh sekolah untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Seperti memberikan penghargaan untuk kelas terbersih setiap bulannya, adanya tong sampah sesuai kategori di beberapa sudut, penambahan tanaman gantung di teras sekolah, kampanye pemakaian listrik sesuai dengan kebutuhan, dan bekerjasama dengan Go Limbah untuk memperkenalkan tentang komposter, dsb.

SMPIT Ibnu Khaldun diberi predikat oleh pemerintah daerah sebagai "Sekolah Adiwiyata" karena telah mewujudkan sekolah yang berorientasi pada lingkungan. Apresiasi ini menjadi bonus bagi SMPIT Ibnu Khaldun, karena tujuan utamanya adalah menciptakan suasana yang bersih, sehat, dan harmonis.

Seiring berjalannya waktu, predikat "Sekolah Adiwiyata" menggugah nurani seluruh warga SMPIT Ibnu Khaldun, terutama kepala sekolah dan penanggung jawab adiwiyata sekolah. Upaya lain terus dilakukan dan yang telah berjalan tetap dipertahankan.

Awal tahun 2024, SMPIT Ibnu Khaldun direkomendasikan oleh pemerintah daerah untuk mengikuti seleksi Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Barat. Sekolah memfokuskan pada kegiatan pemilahan sampah, untuk mengoptimalkan ini sekolah juga bekerja sama dengan Bank Sampah Bersinar (BSB) Bojongsoang, Kota Bandung. 

Melalui kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema gaya hidup berkelanjutan, siswa kelas 7 melakukan kunjungan ke BSB. Dengan demikian, siswa dapat melihat secara langsung proses pengolahan sampah yang telah terpilah. Pihak BSB memberikan penjelasan dengan runtut mengenai cara pemilahan sampah yang seharusnya. Setelah kegiatan ini, siswa diminta untuk memilah sampah menjadi 8 kategori, yaitu botol plastik, gelas plastik, kemasan plastik, plastik bening, kertas buku dan HVS, kertas berwarna, organik, dan plastik mika. 

Uji coba memilah dan mencuci sampah tersebut dilakukan sekitar satu pekan. Selama masa itu, sampah belum sepenuhnya terpilah. Zachnaz, pihak dari BSB berkata, "Untuk memudahkan pemilahan di awal, bisa dengan mencampurkan semua jenis sampah plastik." 

Mendengar saran tersebut, pihak sekolah menyederhanakan kegiatan memilah sampah hanya dengan dua kategori sampah, yaitu kertas dan plastik yang diberlakukan untuk seluruh siswa SMPIT Ibnu Khaldun. Namun kelas 8 dan 9 tidak memiliki pengalaman yang sama banyaknya dengan kelas 7. Sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa menyesuaikan. 

Setelah dua pekan berjalan dan penyetoran ke BSB sudah mulai dilakukan, sampah yang sudah dipilah dikembalikan lagi oleh pihak BSB, karena bercampur dengan residu dan sampah basah lainnya. Pengalaman tersebut membuat pihak sekolah menyederhanakan kembali strategi pemilahan menjadi botol/gelas plastik dan kertas dengan tempat sampah yang lebih transparan. Saat ini, sebagian besar siswa sudah mulai terbiasa memilah sampah. Semoga kesadaran warga SMPIT Ibnu Khaldun terhadap lingkungan meluas sampai ke lingkungan sekitarnya, tidak hanya di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline