Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Jarak Jauh dan Orang Tua

Diperbarui: 20 Desember 2020   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Coronavirus Disease 19 atau Covid-19 telah mewabah di Indonesia sejak bulan Maret lalu. Virus ini berdampak pada seluruh tataran kehidupan manusia, salah satunya bidang pendidikan. Sejak virus ini mewabah, pemerintah memberlakukan lockdown atau karantina wilayah untuk mencegah keluar masuknya orang di wilayah tersebut. Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menangani Covid-19.

Sejak lockdown seluruh peserta didik tidak diperbolehkan melakukan pembelajaran langsung di sekolah. Untuk tetap melakukan kegiatan pembelajaran, pemerintah membuat kebijakan baru, yakni Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pemerintah mengeluarkan kebijakan PJJ ini pada tanggal 16 Maret 2020 melalui Kementerian Pendidikan.

Dalam PJJ, guru dan siswa tidak melakukan tatap muka secara langsung, karena berada di tempat yang berbeda. Guru dan siswa memanfaatkan media dalam sistem PJJ ini. Media yang digunakan yaitu gawai. Sistem PJJ ini diberlakukan bagi seluruh tingkatan pendidikan, dimulai dari SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa pun ikut merasakannya.

Bagi siswa SMP dan SMA, PJJ ini bukan suatu hal yang sangat menyulitkan. Tetapi bagi siswa SD sistem PJJ ini menambah tugas bagi orang tuanya. Karena siswa SD masih memerlukan bimbingan dalam belajarnya.

Selama PJJ ini diberlakukan orang tua menjadi memiliki tugas baru. Selain mengurus rumah tangga, kini orang tua memiliki peran sebagai guru untuk anaknya dirumah. Peran orang tua menggantikan guru tentu bukan hal yang mudah, apalagi tidak ada persiapan sama sekali. Orang tua harus terus berkomunikasi dengan guru untuk memantau dan melaporkan kegiatan belajar anaknya selama dirumah. Tidak hanya itu, orang tua dituntut untuk memahami materi yang diberikan oleh guru agar dapat dipahami oleh anaknya. Hal ini menjadi beban baru bagi sebagian besar orang tua.

Kondisi sosial ekonomi keluarga tentu bervariasi. Ada yang berkecukupan, juga ada yang kekurangan. Sistem PJJ ini mengharuskan siswa belajar menggunakan gawai. Tidak semua orang tua dan siswa memilikinya. Sehingga ini menjadi kendala bagi orang tua dalam sistem PJJ ini. Meskipun pemerintah memberikan bantuan berupa paket data untuk mengakses aplikasi belajar daring, namun tetap saja jika tidak memiliki gawai tentu menyulitkan orang tua. Orang tua dan siswa yang tidak memiliki gawai diharuskan mendatangi rumah gurunya untuk mengambil tugas. Meskipun jarak tempuh yang cukup jauh, namun demi kelangsungan belajar anaknya.

Banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari PJJ ini bagi orang tua. Untuk mengatasi agar PJJ ini berjalan dengan lancar maka perlu kerja sama antara guru dan orang tua. Guru harus bisa mengendalikan anak didiknya melalui orang tuanya dalam hal memberikan materi atau tugas, dan orang tua harus terampil mengajari anaknya, juga menggantikan peran guru di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline