Perubahan iklim global (Climate Change) menjadi perhatian khusus bagi semua pihak dan negara-negara di dunia. Bencana iklim yang semakin sering terjadi di dunia menjadi sesuatu yang menggambarkan krisis iklim semakin nyata dan sampai pada darurat iklim (climate emergency). Dari perubahan iklim tersebut berdampak pada kehidupan manusia dan negara.
Pada tahun 2050 diperkirakan 34 % orang Indonesia bakal hidup dengan kelangkaan air dibanding dengan kondisi saat ini dan kelangkaan air bagi 3 milyar penduduk dunia (laporan Panel on Climate Change, IPPCC). Exploitasi hasil laut yang berlebihan menyebabkan berkurangnya hasil laut dengan rusaknya terumbuh karang, berkurangnya wilayah hutan akibat pembukaan lahan untuk perkebunan dan infrastruktur lainnya akan menghilangkan species flora dan fauna.
Akibat perubahan iklim ini juga akan menurunkan produksi bahan makanan utama terutama beras. Belum lagi buangan gas emisi yang diakibatkan efek rumah kaca baik dari penggunaan listrik yang berlebihan, buangan asap dari pabrik dan kendaraan yang membuat lapisan ozon semakin berkurang. Pemanasan global akan mencairkan es yang berada di kutub yang juga meningkatkan atau naiknya muka air laut. Jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak besar bagi kehidupan dan masa depan dunia. Tidak hanya lembaga-lembaga tertentu pemerhati lingkungan saja yang terus menggaungkan kampanye dampak perubahan iklim ini namun harus menjadi komitmen global bagi semua negara dan wajib menjadi rencana strategis pembangunan di tiap negara baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H