Pandemi Covid-19 membuat goncangan yang luar biasa. Akibat yang ditimbulkannya berdampak pada permasalahan ekonomi, sosial dan budaya. Perekonomian Sebagian negara-negara di dunia mengalami penurunan yang cukup tajam. Pengangguran terjadi dimana-mana, kegiatan-kegiatan strategis yang telah direncanakan pemerintah maupun swasta tertunda karena pembiayaan tersedot untuk penanggulangan dan penanganan bencana non alam yang diakibatkan oleh covid-19.
Banyak pakar menyatakan bahwa bencana serius yang dialami dunia mendatang adalah perubahan iklim (Climate change) yang tidak mengenal batas negara dan magnitude-nya diperkirakan akan lebih besar dari pandemi covid-19.
Ancaman perubahan iklim bagi negara-negara berkembang memerlukan pendanaan dan akses teknologi sehingga dapat beradaptasi dan memitigasi risiko perubahan iklim. Degradasi hutan dan lahan pertanian menjadi suatu keharusan yang wajib ditangani secara serius. Naiknya permukaan air laut merupakan ekses yang paling nyata dari perubahan ini.
Menurut beberapa ilmuwan, dari fenomena sekarang bahwa yang termasuk kriteria tanda-tanda alam perubahan iklim diantaranya adalah emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser, dan luasan es laut, serta deforestasi. Salah satu butir SDGs yang disepakati oleh beberapa negara bahwa penanganan perubahan iklim ini dilakukan secara bersamaan.
Beberapa negara sudah berkomitmen menggelontorkan dana untuk penanganan perubahan iklim. Inggris dengan nilai USD 1 milyar, sedangkan Uni Eropa khusus untuk Indonesia menyediakan dana sebesar 300 juta euro (5,1 triliun rupiah) untuk fase perencanaan.
Berapakah nilai rupiah yang disiapkan Pemerintah Indonesia? Dari catatan Kementerian keuangan Indonesia mengalokasikan anggaran untuk perubahan iklim sebesar 307,84 triliun dari tahun 2018 sampai 2020. Bagaimana dampak nyata kegiatan dengan pengalokasian dana yang cukup besar tersebut? Kita tunggu impact positifnya....
