Lihat ke Halaman Asli

Dieny Rahmi

Content Writer

Cerpen | "Someone From The Train: His Big Step"

Diperbarui: 9 November 2018   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Someone From The Train

Setelah 12 Juli di kereta, ntah mengapa aku merasa yakin, jika dengannya aku akan bertemu lagi, tapi belum terfikirkan akan menjadi apa statusnya. Semoga dia tidak berbesar kepala, ditinggalkanku id Instagram, sehingga hanya ada Instagram diantara kita, aku sengaja sering-sering memasang instastory, dan dikomennya selalu feedku, haha berhasil juga, pikirku.

Dari situ semua berawal, thanks to Instagram hehe. Tak ku sangka balasannya akan seantusias itu, kita bertukar pesan via dm (direct message) Instagram, dari pagi hingga malam, tapi tidak berlangsung lama, hanya beberapa hari, karena menurutku itu cukup merepotkan. DM di Instagram tidak seefektif dan sepraktis Whatsapp, inginnya ku pindah chat ini pada whatsapp, tapi aneh rasanya jika meminta nomornya duluan.

Ku ceritakan tentang ini pada kawanku di kantor, dan sebuah dramapun dibuat. WARNING, this is my first time I talk about the truth behind this case beside this friend HAHA, aku tidak tahu apakah dia benar benar percaya akan skenario tersebut atau just playing follow my game xoxo.

"gini din, pura-pura eror aja din ig kamunya, nanti dia kalo emang suka sama kamu, pasti minta nomor kamu" kurang lebih begitu saran kawanku. Haha dengan konyolnya akupun setuju, lets play the game ahahaaa.

Baca juga: "Someone From The Train: He Was Stranger"

Start...! saat itu ku berkirim tulisan dengan format gambar, tulisan itu tertulis yang intinya aku tak bisa membaca pesannya. padahal aku bisa membaca tulisan di chatnya, tapi demi kesuksesan skenario, berpura-purapun aku HAHA. Bersikukuh aku tak bisa membaca chatnya, diapun kembali mengirim tulisan berformat gambar.

Dokpri-Dira was my combine name

YES, berhasil. Aku tertawa dan segera melapor pada kawanku.

"Teh, it work!!" dan dia ikut tertawa.

HAHAHAA sampai saat ini aku merasa malu, menggunakan hal sekonyol ini untuk bisa ber-chat dengannya. Atuh da kumaha, dia ga minta nomor aku, pernah dengar berbohong untuk kebaikan? Apakah ini salah satu contohnya? Jika bukan haha semoga dimaafkan.

Ucapnya, selama ini hanya dia yang berusaha, hanya dia yang berlari, aku cukup duduk diam menanti dan mengikuti alurnya. Inginku beritahunya, jika itu tidaklah benar. Karena dibalik usahanya akupun berusaha, aku tidak diam duduk manis dan menunggu, akupun ikut berlari dan mengejar langkah kakinya yang panjang itu. Aku tak selihai dan tak secerdas dia, tapi aku berusaha untuk ikut mengimbangi, agar kita dapat bertemu dalam angan yang disemogakan.

Semoga rencana kita saling bertemu, ditempat dan waktu yang indah segera, hari itu sesuai rencanaku, kamu dan atas izinNya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline