Lihat ke Halaman Asli

Kolosal Pelaminan

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

KOLOSAL PELAMINAN
: 13 tahun pernikahan

membaca geriap maujud lelapmu
ada nila tak terbilang, ngalir
o, ini riwayat sungguh rapuh
: maaf, dik!

lantas kukayuh perayaan ke ubun-ubun waktu
sebagai memoar penuh serenada
inilah bingkisan jejak isak pitarah
yang membasah setiap tengadah

hari ini, liontin bertahta amethyst
kukalungkan. bukan! bukan untuk valentine
ini penanda balabad kolosal pelaminan
: mari berdansa, dik!



BERCUMBU DI ANTARA SISA-SISA MUSIM

Pada jenjang perbincangan pagi, kita tersipu menyulam senyap ke dalam gaduh. Sibuk pula denyar senda, menitip irama "boulevard ke semilir yang enggan


Mufakat siapa perumbuan lampau, kini pun nanti? Di selasar sisi jalan ada kisah berjelaga, berbagi nuansa lantas tumpah ke dalam retorika


Ah, sebaiknya kita teruskan jelajah saja. Bercumbu di antara sisa-sisa musim, yang mengajak arah menjelma aroma percintaan

Bukankah begitu?

Ulang Tahun Pernikahan, 14 Februari 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline