Lihat ke Halaman Asli

Dien Alski

Semarang, Rembang, Purbalingga, Banyumas, Kebumen

Miris, Setiap Tahun Terjadi 600 Penembakan Massal di Amerika

Diperbarui: 28 Maret 2023   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by senivpetro on Freepik   

BERITA tentang penembakkan massal di AMerika Serikat kerap menghiasi media. Berbeda dengan Indonesia, warga Paman Sam memang memiliki kebebasan untuk memiliki senjata api. Konstitusi mereka menjamin hak untuk mempertahankan diri.

Di Indonesia, kepemilikan senjata api sangat dibatasi. Butuh aneka izin untuk 'memegang' sekadar pistol yang 'hanya' senjata laras pendek. Sementara di Amerika Serikat bahkan warga bisa membeli senjata api serbu laras panjang.

Beberapa hari lalu mencuat pemberitaan tiga tokoh agama di Jawa Barat yang memegang senjata api laras panjang. Belum diketahui jenis senjata api yang dimiliki namun videonya viral di berbagai platform media sosial. 

Keamanan di Indonesia dijaga oleh aparat keamanan sehingga warga tak perlu memiliki senjata api. Ini berbeda dengan di Amerika, warga memiliki hak untuk menjaga keamanan dirinya.

Tetapi dampak kepemilikan senjata di Amerika Serikat sangat buruk. Kerap terjadi penembakan massal yang meniimbulkan banyak korban jiwa.

Penembakan massal di SD Covenant School Nashville (Senin, 27/03/2023) merupakan penembakan massal ke-129 di AS pada tahun ini. Demikian menurut Arsip Kekerasan Senjata, sebuah kelompok yang mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden yang melibatkan empat atau lebih korban.

Yang menyedihkan, serangan ini juga kerap terjadi di sekolah. Tahun lalu penembakan massal terjadi di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, menewaskan 19 siswa dan dua guru.

Pada Februari lalu, seorang pria bersenjata membunuh tiga mahasiswa dan melukai lima lainnya dalam serangan di kampus Michigan State University di kota East Lansing.

Menurut database Arsip Kekerasan Senjata, sejak 2020 jumlah penembakan massal di AS mencapai di atas 600 per tahun. Pada 2022, jumlah insiden penembakan di Negeri Paman Sam bahkan mencapai 646 kasus.

Sementara itu, laporan Biro Investigasi Federal (FBI) mencatat lonjakan 61 persen dalam apa yang disebut insiden "penembak aktif" pada 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Departemen tersebut mendefinisikan "penembak aktif" sebagai seseorang yang terlibat dalam pembunuhan atau upaya untuk membunuh orang di ruang publik secara acak. Sekitar satu dari lima insiden "penembak aktif" pada tahun 2021 juga merupakan pembunuhan massal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline