Pernahkah kamu melihat secara langsung seseorang membakar sampah secara terbuka di sekitarmu?
Saat ini, fenomena pembakaran sampah, baik itu sampah organik, maupun anorganik seakan menjadi hal yang lumrah terjadi di sekitar kita. Sampah yang merupakan sisa dari aktivitas manusia dianggap tidak dapat digunakan kembali sehingga masyarakat melakukan berbagai cara untuk menghilangkannya. Dari banyaknya pilihan, salah satu cara yang paling banyak dilakukan yaitu dengan cara membakar sampah secara terbuka. Pembakaran sampah dianggap sebagai jalan pintas yang paling cepat dan mudah dilakukan guna mengurangi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan setiap hari.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2023 menunjukkan bahwa total timbulan sampah di 366 kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 38.8 juta ton/tahun. Dari total sampah tersebut, hanya 62,23% sampah terkelola, sedangkan 37,77% sampah tidak terkelola. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya upaya peningkatan pengelolaan sampah guna memastikan sampah diolah dengan baik agar tidak menimbulkan dampah buruk bagi lingkungan dan kesehatan.
Fenomena pembakaran sampah juga sering ditemui di wilayah Yogyakarta. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menghasilkan sampah tahunan sekitar 550 ribu ton. Saat ini, TPA Piungan yang menampung sampah di wilayah Yogyakarta sudah melebihi kapasitas sampah yang dapat ditampung. Hal tersebut tentunya berdampak secara langsung terhadap cara masyarakat yang tinggal di wilayah Yogyakarta dalam mengolah sampah yang dihasilkannya. Tingginya jumlah sampah yang dihasilkan tanpa adanya pengelolaan yang baik menjadi faktor utama terjadinya fenomena pembakaran sampah di ruang terbuka.
Pada dasarnya, masyarakat mengetahui bahwa pembakaran sampah merupakan hal yang tidak baik untuk dilakukan. Namun, terdapat beberapa alasan yang melatar belakangi perilaku pembakaran sampah secara terbuka, seperti:
- Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah, bank sampah, fasilitas penunjang pengelolaan sampah yang baik
- Rendahnya minat masyarakat melakukan kegiatan pengolahan sampah organik dan anorganik
- Tidak adanya metode pengumpulan sampah secara sistematis dan belum baiknya akses pengangkutan sampah dari rumah tangga ke tempat pembuangan akhir (TPA)
Peningkatan jumlah sampah yang tidak disertai rutinnya pengangkutan sampah ke pembuangan akhir mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah. Penumpukan sampah tersebut tentunya akan mengganggu kenyamanan dan keindahan, seperti menimbulkan bau tidak sedap dan menjadikan lingkungan terlihat kumuh. Apabila kondisi tersebut terus menerus terjadi serta tidak adanya solusi perbaikan dalam sistem pengelolaan sampah, maka fenomena pembakaran sampah seakan menjadi kebiasaan yang dilegalkan di masyarakat.
Tahukah Anda apa saja dampak asap pembakaran sampah bagi kesehatan kita?
Dampak bagi kesehatan yang dirasakan akibat fenomena pembakaran sampah ini dibedakan menjadi dampak secara langsung dan dampak secara tidak langsung. Dampak langsung dirasakan pada saat terpapar asap pembakaran sampah seperti batuk, iritasi mata, nyeri dada, dan sesak napas. Sedangkan, dampak secara tidak langsung merupakan dampak jangka panjang yang diakibatkan oleh paparan asap pembakaran secara terus menerus, seperti gangguan reproduksi, kanker, hingga kematian.