Kader-kader PAN harus move-on dari situasi persaingan antarkandidat Ketum (kepentingan sesaat) menuju satunya pikiran dan perbuatan tentang masa depan PAN pascakongres (kepentingan strategis). Wacana publik yang terbelah dan saling menyerang antarkandidat menjelang Kongres tinggal beberapa hari ini harus dikahiri. Ibarat pemilu perlu ada minggu tenang. Harus disadari para kandidat yang bersaing dan para kader yang resmi atau tidak resmi menjadi timses diasumsikan semua mencintai partai. Keberpihakan para kader dalam kubu-kubu yang berbeda adalah wujud dari tanggung jawab berihtiar untuk mencari pemimpin yang terbaik, dilandasi oleh kecintaan dan impian tentang kejayaaan partai berlambang matahari bersinar.
Harus disadari pula citra timses adalah citra kandidat. Pujian, Kritik, celaan, atau "gombalan" (sebutan untuk pujian setinggi langit timses terhadap jagoannya), memberi dampak respon resiprokal di mana setiap perbuatan yang berlebihan atau tidak proporsional justru menghasilkan feedback sebaliknya. Pujian baik yang tidak proporsional menghasilkan kesan buruk; hujatan buruk yang tidak proporsional menghasilkan kesan simpati. Jadi setiap hal untuk tujuan tertentu harus terukur. Pastilah setiap timses paham terhadap hukum sosio-psikologis ini. Dan pastilah setiap kandidat bisa mengendaikan timsesnya untuk menunjukkan kualitas kepemimpinannya.
Sebagai sesama kader partai reformis yang dibidani Pak Amien Rais ini, kita harus mampu menunjukkan ciri orang cerdas yang sekaligus bijak. Berpikir dan bertindak dalam perspektif demokrasi harus tahu batas-batasnya. Kita harus sepakat keputusan Kongres itulah batas perbedaan dan keberpihakan. Pascakongres PAN harus tetap solid, para kader harus kembali ke dalam satu barisan di bawah komandan Ketum terpilih. Tugas barisan ini adalah memenangkan lomba politik yang namanya Pemilu 2024, dan terus berjuang untuk membela kepentingan bangsa sebagai ibadah politik kita. Maka ketika waktu berjalan tinggal 10 hari ke depan, para kader harus kembali menata hati. Bukankah kita tetap ingin bersatu, berjuang bersama-sama, duduk bersama, bertukar pikiran satu sama lain, dan berbagi dalam mengangkat beban perjuangan?
Kata orang bijak, bicara atau menasihati itu mudah apalagi sekadar melamun atau berangan-angan, yang sulit itu konsistensi dalam berperilaku. Manusia itu ibarat peralatan besi penghantar panas, untuk netralisasi suhu agar fungsi berjalan normal membutuhkan proses. Waktu 10 hari marilah dilalui sebagai proses mengembalikan situasi batin para kader partai untuk siap bergandengan dan mengepalkan tangan bersama. Kader...siap! PAN...menang!
Sumber Oleh: TOTOK DARYANTO-SC KONGRES V PAN
By: @porosmendawai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H