Lihat ke Halaman Asli

Teleponlah Ibumu, Meski Hanya Lima Menit

Diperbarui: 22 Desember 2015   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - dibonceng ibu (kfk.kompas.com/Edi Wibowo)

TANGGAL 22 Desember adalah peringatan Hari Ibu. Kenapa hari ibu diperingati, sementara tidak ada peringatan hari bapak? Saya coba telusuri di internet apa sih hari ibu itu. Di Wikipedia dijelaskan, Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.

Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Sementara di Amerika dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother's Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Ibu memang spesial bagi kita semua hingga harus diperingati di banyak negara. Peringatan hari ibu adalah momen mengingatkan bagi kita semua yang ‘sempat lupa’ dengan ibu. Mungkin bagi yang setiap hari dekat dengan ibunya, setiap hari juga bisa mencurahkan perhatiannya. Lantas bagaimana dengan yang tinggal jauh, sudah berkeluarga sendiri, sudahkan mencoba menghubungi sekedar menanyakan kabar?

Kita sering lupa dengan segala aktifitas yang berpacu dengan waktu. Setiap hari, hanya ada soal target pekerjaan, laporan ke atasan, inovasi dan kreatifitas untuk perusahaan dan semua hal yang berhubungan dengan pekerjaan seolah menguasai diri kita.

Berpikir sejenak untuk keluarga sendiri saja kadang hanya melintas. Minimal 8 jam kita abdikan pikiran dan tenaga untuk pekerjaan guna menunjang perekonomian keluarga. Kadang kita sering terlena menikmati pekerjaan dan kehidupan sosial di lingkungan kantor.

Sampai di rumah kita habiskan waktu untuk istirahat. Seolah membalas budi waktu yang tersita untuk bekerja, kita menghabiskan sisa waktu sebelum tidur dengan istri dan anak. Tapi kita lupa, ada seorang ibu yang jauh di sana selalu mendoakan yang terbaik untuk kita.

Sementara kita nyaris tidak ada waktu hanya sekedar menelepon hanya untuk menanyakan kabar, menanyakan kondisi kesehatan. Kita bahkan tidak pernah tahu, setiap hari ibu memikirkan kondisi kita. Kita tidak sadar setiap saat kita membuatnya khawatir.

Percaya atau tidak, saat kita menelepon ibu, justru ibulah yang sangat ingin tahu keadaan kita di perantauan, apakah sehat, apakah baik-baik saja. Bahkan, perhatiannya pun masih sama seperti saat kita bayi. Justru ibulah yang paling mengerti dengan kita. Sebaliknya, saat seharusnya kita harus merawat ibu, apalagi yang sudah tua dengan kulutnya yang mengeriput, justru kita meninggalkannya, pergi mencari kehidupan sendiri.

Ini cerita saya. Kemarin, saya baru saja menelepon ibu. Bukan karena hari ibu. Lha wong saya tahu besok 22 Desember adalah Hari Ibu justru baca berita di online. Sudah ada tiga minggu saya tidak menghubunginya. Saya dengan beliau tinggalnya lumayan jauh, ibu di Jawa saya di Kalimantan. Otomatis hanya sambungan telepon yang melepaskan kangen kami. Pulang pun belum tentu setahun sekali.

Biasanya saya seminggu sekali menelepon kalau hari libur. Pertama kali saya membuka obrolan saya bilang, “Tumben Bu kok ndak nanyakan saya, padahal tiga minggu saya tidak telepon.” Ibu pun menjawabnya, “Saya pikir lupa, masa iya saya yang harus menanyakan.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline