Lihat ke Halaman Asli

Mama Minta Saham di Minyak Mahal Aljazair

Diperbarui: 5 Oktober 2018   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tempo.co

Tak pernah berhenti berjuang. Pecahkan teka-teki malam. Tak pernah berhenti berjuang. Pecahkan teka-teki keadilan.

Lagu ini menemani tulisan yang sedang saya bikin. Lagu yang memberi semangat saya untuk menulis artikel setelah membaca berita di salah satu media berita daring. Berita yang sesuai dengan lagu yang saya dengarkan. Berita tentang keadilan yang terusik segelintir orang.

Ada pembicaraan saat rapat dengar pendapat antara Komisi III DPR dengan KPK. Pembicaraan tersebut menyinggung masalah kasus besar di sumber energi kita yaitu Migas. Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan bahwa masih menyelidiki kasus tersebut karena masih belum memiliki cukup bukti. Hasil temuan akan dibeberkan ketika final semua telah rampung.

Saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa kasus besar terkait sumber energi kita? Teringat lagi di benak saya mengenai kasus 6 tahun yang lalu.

Tahun 2012, terjadi akuisisi 65% saham ChonocoPhillips Algeria Ltd. yang dinilai lebih mahal dari yang seharusnya. Seberapa mahal? Nilai akuisisi tersebut lebih mahal USD 550 Juta. Harga saham yang seharusnya USD 1.2 Miliar, dibanderol oleh Karen Agustiawan selaku Dirut Pertamina senilai USD 1.75 Miliar. 

Uniknya lagi, ConocoPhillips Algeria Ltd., adalah anak perusahaan ChonocoPhillips yang berdiri di Cayman Island. Alhasil, pembelian saham tersebut dilakukan di bawah naungan hukum negara Cayman Island.

Caymand Island sendiri adalah negara bebas pajak. Negara surganya para pencuci uang. Uang negara USD 1.75 Miliar masuk ke negeri pencuci uang. 

(klik link di sini)

Lalu bagaimana penyelidikan KPK dalam rentang 6 tahun ini? Ketika ditanya Tempo, wakil ketua Saut Situmorang tidak tegas dan terkesan menghindari perntanyaan media dengan dalih belum ada perkembangan lebih lanjut. Ada apa dengan KPK yang selama ini perkasa? Mungkinkah koruptor yang bergerak di belakang bukan pengusaha atau pejabat biasa? The Untouchable?

Saya rasa tidak begitu. Masih ingat dalam ingatan kasus saham Freeport yang menimpa Setya Novanto. Sebuah benteng yang amat sulit untuk dibobol, tapi akhirnya berhasil juga ditaklukkan.

Sekarang KPK dihadapi oleh benteng skandal Pertamina, yang mampu menggetarkan KPK. Tapi perjuanganmu tidak sendirian kawan, saya yakin dengan dukungan 260 juta rakyat Indonesia kita mampu merobohkan benteng skandal Pertamina ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline