Lihat ke Halaman Asli

Ucapan Gubernur, Janji Atau Hipokrasi?

Diperbarui: 12 April 2018   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liputan6.com

Anda semua pernah mendengar kata hipokrit? Coba lihat orang-orang sekitar anda. Pernah ga anda menemukan orang yang selalu ngomong A, tapi yang dilakukannya B. Contoh kecilnya saja adalah seperti orang tua yang selalu melarang anaknya berkata kasar menjelek-jelekkan orang lain. Tapi kenyataannya, orang tua tersebut justru acap kali bergosip ria menjelek-jelekkan orang. Itulah hipokrit. Kalau dalam arti lainnya adalah bermuka dua atau munafik. Mari kita lihat ada atau tidaknya hipokrisi atau kemunafikan tersebut dengan salah satu penghuni Balai Kota Jakarta sebagai contoh.

Musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) penyusunan rencana kerja daerah (RKPD) DKI 2019 di Balai Kota DKI dilaksanakan Rabu (11/4). Dalam kesempatan itu, Gubernur Anies Baswedan menyampaikan pentingnya perencanaan yang matang tatkala menyerap anggaran. Gubernur Anies juga membandingkan pemerintahan dengan perusahaan sepatu Nike. Nike memiliki slogan just do it; akan tetapi slogan itu tidak boleh diaplikasikan dalam pemerintahan, karena menurut beliau harus plan, plan, plan, baru action (Kompas.com).

"Kalau planning-nya matang, eksekusinya juga matang. Kalau planning-nya ga matang, hanya mengejar eksekusi, di situ timbul masalahnya" --Anies Baswedan

Sungguh suri tauladan yang baik. Mari kita lihat saja kebijakan, program, serta janji yang menjadi unggulan pasangan Anies -- Sandi berikut:

Pertama, penataan Tanah Abang. Penataan Tanah Abang menurut Wagub Sandi telah ditata dan dikaji segala persoalannya secara paripurna. Seharusnya apabila telah matang seperti itu, maka sesuai dengan ucapan Anies, maka tidak ada masalah. Faktanya, penataan ini menyebabkan konflik kepentingan dan temuan maladministrasi (Kompas.com).

Kedua, rumah DP Rp 0. Rumah DP Rp 0 amat menarik perhatian saat mereka berjanji di era kampanye dulu. Ketika merujuk perkataan Anies, maka semestinya program tersebut telah matang. Apalagi program ini termasuk agenda unggulan mereka. Kenyataan berkata lain, masih belum ada kejelasan skema rumah ini karena masih menunggu pembentukan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) dan itupun ditunda (Kompas.com).

Ketiga, penghentian proyek reklamasi. Proyek reklamasi Teluk Jakarta menjadi rangkaian pro dan kontra sejak awal mula perencanaannya. Oleh karena itu, salah satu janji kampanye Anies-Sandiaga adalah penghentian proyek reklamasi. Hal itu berhasil dilakukan dengan pencabutan hak guna lahan terhadap pengembang pulau.

Sayangnya, belum ada pemikiran akan dijadikan apa pulau buatan yang telah jadi. Lalu dengan ironis, Pemprov DKI meminta bantuan swasta ketika mereka berencana untuk membangun pulau tersebut untuk fasilitas publik, seperti sarana olahraga, wisata pantai, maupun pembangunan properti (Merdeka.com)

Jadi, arahan gubernur Anies adalah mematangkan setiap rencana yang ada. Ketika perencanaan matang, maka saat pelaksanaan juga akan matang. Ketika implementasi terburu-buru, maka timbul masalah. Aduh indahnya petuah yang beliau berikan. Teladan yang patut ditiru. Penataan Tanah Abang telah direncanakan dengan matang dan tidak ada konflik kepentingan serta tidak melanggar aturan.

Rumah DP 0 pun telah direncanakan sejak lama dan tidak ada masalah skema pembayaran. Proyek reklamasi sukses dihentikan dan telah ada solusi konkret pasca penghentian. Indahnya perkataan. Ah andai sesuai dengan perbuatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline