Lihat ke Halaman Asli

Mempertanyakan Mundurnya Dirut PD Dharma Jaya

Diperbarui: 18 Maret 2018   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Coba anda bayangkan begini. Ada orang yang selama ini kita kenal berperilaku santun, tutur katanya sopan, sabar, dan berwibawa. Perilaku santun ini seakan-akan menggambarkan karakter dia sehari-hari dan memang itulah apa adanya dirinya. Tapi coba anda bayangkan lagi, ketika didera suatu masalah yang semestinya bisa dikomunikasikan dengan baik, sikap santunnya justru hilang. Sikap ini berubah menjadi sikap ketus dan tidak perdulian, terlebih lagi agak kasar. Apakah sopan dan santun yang menjadi karakter orang itu hanyalah topeng, atau ada sesuatu yang disembunyikan dan diapun bereaksi negatif menyikapinya?

Perubahan sikap ini terlihat saat terjadi suatu kasus. Kasus pengunduran diri Dirut PD Dharma Jaya, Marina Ratna Dwi Kusumajati yang menjadi topik berita hangat akhir-akhir ini. Marina mengundurkan diri karena masalah administrasi yang berbelit menyebabkan dana PSO (Public Service Obligation) tidak kunjung cair. Padahal, dana tersebut dibutuhkan semenjak November 2017. Sehingga PD Dharma Jaya sebagai perusahaan pelat merah yang menjual daging bersubsidi ke rakyat Jakarta terpaksa berutang ke UMKM penyedia daging. Seiring berjalannya waktu, produsen daging meminta uang dari pembelian produknya, tapi uang untuk membayarnya pun tak kunjung ada. Sehingga Bu Marina berkomentar bahwa rezim yang dulu dalam melakukan administrasi pengurusan tidak sesulit ini (Kompas.com).

Sebagai orang nomor 1 DKI Jakarta, dan yang ikut bertanggungjawab dalam kasus ini, tentunya kita bisa membayangkan reaksi Anies adalah dengan ikut menyelesaikan masalah. Karena, Pergub tentang pencairan dan PSO tersebut baru keluar Februari 2018, dan tinggal mengkomunikasikannya secara gamblang ke PD Dharma Jaya. Akan tetapi, reaksi Anies justru berbeda jauh dengan image nya selama ini. Dia berucap "Kalau pengin mundur, mundur sajalah, enggak usah pakai ancam-ancaman, mundur saja. Tidak ada orang yang tak bisa diganti, tidak ada orang yang irrepalceable, everyone is replaceable". Terkait keprofesionalan Bu Marina, Anies tidak menjawab dengan lugas, ia berkata  "Anda nilai sendiri, jadilah orang yang profesional titik" (Kompas.com).

Menarik. Komentar yang agresif dalam menghadapi suatu masalah. Bertolak belakang dari sikap dan tutur kata santun yang selama ini beliau tampilkan. Anies bersikap seperti itu seakan-akan takut ketahuan, takut bangkai yang disimpan mulai tercium baunya. Takut publik mengetahui bahwa kinerja Pemprov DKI saat ini tidak lebih baik dari pendahulunya. Terlihat jelas dari kasus PD Dharma Jaya, ternyata di internal Pemprov DKI sendiri terlihat jelas kebobrokan dan lambannya dalam menjalankan pemerintahan. Masalah keprofesionalan tidak dijawab dengan lugas karena beliau sendiri tidak profesional. Hal ini diperparah dengan berbagai persoalan lain yang membuat warga Jakarta memepertanyakan profesionalitas gubernur dalam bekerja. Di mana profesionalnya apabila Pergub baru diterbitkan Februari sedangkan dana dibutuhkan sejak November tahun lalu? Profesional dimana ketika Ingub diterbitkan bulan Februari sedangkan jalan Jatibaru Raya ditutup bulan Desember? Profesional di mana ketika skema Rumah DP Rp 0 yang sudah dipikirkan sejak 2016 sampai sekarang masih belum jelas skemanya? Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah beberapa contoh nyata tidak profesionalnya seorang gubernur Jakarta dalam menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline