Lihat ke Halaman Asli

Inspirasi Meraih Mimpi Melalui Film "Chef Hua"

Diperbarui: 22 Juni 2021   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"Lakukan pekerjaan yang kamu sukai, dan kamu tidak akan pernah terpaksa untuk bekerja (Laozi)". Kata-kata ini sangatlah tepat ditujukan pada orang orang yang bekerja dengan hati atau passion nya memang di bidang pekerjaannya. Seperti seorang chef perempuan muda bernama Hua Xiao Mai.  

Terlahir dari keluarga chef yang memiliki restoran di kota kecil di Tiongkok, Hua Xiao Mai sejak kecil terbiasa dengan dunia kuliner. Bukan hanya resep atau teknik memasak, jenis bahan makanan yang dapat dimakan dan bahan makanan apa saja yang dapat diolah, Hua Xiao Mai atau dipanggil Xiao Mai juga ahlinya. Didalam keluarganya, hanya Xiao Mai yang mewarisi bakat kuliner dari kakeknya dan ayahnya, sedangkan kakak perempuannya, Hua Er Qiao tidak. Setelah kedua orangtua nya meninggal, Xiao Mai pun tinggal bersama Er Qiao dan kakak iparnya, Tang He, karena sudah tidak ada keluarga dekat yang menampung Xiao Mai.

Ketika Xiao Mai tinggal bersama Er Qiao dan Tang He, penduduk kampung sering sekali menggosipkan Xiaoman yang dianggap tidak tahu malu karena dalam tradisi Tiongkok, perempuan yang sudah cukup umur untuk menikah, namun belum menikah dianggap tidak pantas tinggal dengan kakak perempuannya yang sudah menikah. Untungnya Er Qiao dan Tang He tidak ambil pusing dengan gossip orang kampung dan membiarkan Xiao Mai bereksplorasi dalam dunia kuliner.

Film berjudul "The Fires of Cooking: Hua Xiao Chu ini diproduksi pada tahun 2020 dan disutradarai oleh Li Xiao Jiang. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul "Shi Wei Ji" yang ditulis Xi He menceritakan sosok chef perempuan legendaris bernama Hua Wheat, menampilkan pemandangan desa dan kota kecil di pegunungan yang indah. Kediaman Er Qiao dan Tang He tepat berada dipinggir sungai kecil dengan airnya yang jernih dan mengalir deras.

Untuk menuju desa mereka, kita pun dibawa mengikuti jalan berbatu yang berkelok-kelok dengan pepohonan disisi kanan dan kirinya, melewati jembatan melengkung dari batu dan lembah berisi hutan dengan berbagai macam tanaman. Tanaman di sekitar lembah dan hutan inilah yang sering digunakan oleh Xiao Mai untuk membuat makanan sehari-hari. Selain tanaman dari alam, seperti jamur, bambu, bunga liar, Xiao Mai juga menanam berbagai macam sayuran di halaman rumah.

Pemandangan sungai yang indah juga dapat dinikmati ketika Xiao Mai membuka warung mi di pinggir sungai. Awalnya mi yang dijual Xiao Mai dianggap terlalu mahal, namun setelah salah satu penduduk menikmati mi buatan langsung Xiao Mai tersebut, mulai banyak penduduk yang berdatangan untuk membeli mi. 

Mi yang dijual Xiao Mai dibuat langsung di tempat oleh Xiao Mai dengan bahan-bahan yang segar, yang langsung dipetik dari hutan atau kebunnya, dan dilengkapi dengan makanan lainnya, misalnya telur, seafood (udang atau kerang), ayam, babi, sayuran dan lainnya. Xiao Mai juga selalu memberikan acar sebagai pendamping mi.

Pada satu adegan, Xiao Mai menanam pohon cabe dari bibit cabe yang diberikan Yu Huai, laki-laki gagah dan jago bela diri, teman akrab Tan He. Sebelum Xiao Mai dikenalkan dengan Yu Huai oleh Tang He, sebenarnya Xiao Mai sudah bertemu dengan Yu Huai secara tidak sengaja. 

Ketika Xiao Mai sedang memetik jamur langka berwarna oranye, Xiao Mai terjatuh, untungnya Yu Huai sedang lewat dengan kudanya di daerah tersebut, dan langsung menolong Xiao Mai. Xiao Mai pun jatuh hati pada Yu Huai pada pandangan pertama. Namun sebagai perempuan, Xiao Mai lebih memilih menahan perasaannya pada Yu Huai dan menunggu Yu Huai yang menyatakan perasaan lebih dahulu. 

Setelah pertemuan pertama mereka, Yu Huai kemudian selalu membantu Xiao Mai dalam meraih impiannya dalam dunia kuliner. Yu Huai membantu menggambar dan membuatkan food stall untuk Yu Huai berjualan mie, memberikan biji cabe untuk ditanam Xiao Mai yang saat itu merupakan tanaman langka dan mahal dan bantuan lainnya. Yu Huai pun jatuh cinta kepada Xiao Mai. Sebagai tanda cinta kepada Xiao Mai, Yu Huai memberikan perona pipi atau blush on. Benda ini menjadi make-up pertama yang dimiliki Xiao Mai.

Meng Yu Huai atau biasa dipanggil Yu Huai, laki-laki tertampan di desa tersebut, merupakan incaran semua gadis yang belum menikah. Bekerja sebagai komandan keamanan pengiriman barang penting di daerah tersebut, Yu Huai dianggap sudah mapan dan menjadi contoh laki-laki ideal untuk dijadikan suami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline