Lihat ke Halaman Asli

Melirik Kampung Adat Pasunga Sumba Tengah

Diperbarui: 31 Mei 2018   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Mentari hari ini bersinar cukup terik ketika aku sampai di ibukota Kabupaten Sumba Tengah, Waibakul. Setelah menaiki kendaraan umum selama 2 jam lebih dari Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat Daya, sampai jua lah saya di Waibakul, tepatnya di depan pasar tradisional. Kali ini rencana perjalanan saya ke Sumba Tengah adalah untuk mengunjungi kampung adat yang berada tidak jauh dari Waibakul. Kampung Adat Pasunga namanya.

Kampung Adat Pasunga terletak tepat di desa Anakalang, Waibakul, dan berada di pinggir jalan utama yang menghubungkan antar kota di Sumba. Meskipun rumah-rumah adat di kampung ini sudah beratap seng, namun secara keseluruhan tradisi masyarakat Sumba masih dijalankan oleh warga kampung tersebut. Rumah-rumah yang beratap tinggi dengan dinding dari kayu, terlihat memiliki bentuk yang serupa. Hiasan tulang-tulang babi terlihat di depan rumah menandakan status.

Dok.pribadi

Di kampung ini kita bisa melihat keindahan arsitektur rumah adat suku Sumba, dengan ukiran yang khas dan penuh makna serta doa-doa dan harapan, kehidupan para penghuninya yang masih tradisional, makam batu megalitik yang telah berusia puluhan atau ratusan tahun, yang diukir atau dipahat, sesuai dengan kepercayaan tradisional mereka, yaitu Marapu, dan kuda-kuda yang dibiarkan bebas berkeliaran serta merumput di halaman rumah. Sedangkan ternak lainnya, berada di dalam kandang.

Marapu merupakan kepercayaan leluhur masyarakat Sumba, yang memberikan nilai pada kehidupan masyarakat Sumba. Didalam kepercayaan Marapu, manusia harus memiliki hubungan yang baik sesama manusia, dengan alam, dan arwah-arwah yang sudah meninggal, dan leluhur. Masyarakat Sumba percaya apabila hubungan baik tidak diciptakan maka manusia akan mendapatkan penghukuman.

Dok.pribadi

Jalan menuju perkampungan merupakan jalan berbatu diselingi rumput. Posisi rumah saling berhadapan, dengan jejeran makam batu berada di depan rumah mereka, sehingga terlihat barisan makam batu tersebut yang memisahkan antara blok kanan dan kiri. Salah satu makam batu megalitik dipahat yang terkenal di Kampung Adat Pasunga ini yaitu makam "Umbu Puda".

Di atas makam ini terdapat dua ruang untuk bersemayamnya kakak beradik "Umbu Puda", dan "Umbu Kaledi." Di bagian tengah diantara makam batu tersebut juga terdapat ruang lapang, yang disediakan untuk tempat upacara adat. Sedangkan di bagian belakang kampung, terdapat makam selain makam batu.

Tidak hanya di bagian tengah, makam batu juga dapat dilihat di bagian depan perkampungan adat di Sumba. Makam batu dibagian depan kampung terlihat berbentuk persegi panjang dengan tinggi 3 meter, yang disebut dengan "Kadu Watu" (menhir) yang dihiasi ukiran atau pahatan ornamen yang indah (Ana Tau).

Dok.pribadi

Pada siang menjelang sore hari ketika saya mengunjungi kampung ini, keadaan kampung agak sepi. Ternyata karena penghuninya masih bekerja, atau sedang di ladang. Hanya terlihat beberapa anak kecil sedang bermain, dan beberapa ekor kuda tengah merumput bebas. Pada saat perjalanan saya menuju Kampung Adat Pasunga, saya juga melihat pemandangan yang tidak bisa, yaitu sekerumunan kuda yang merumput dengan bebas di padang rumput, dan beberapa laki-laki Sumba menaiki kuda berjalan-jalan di sekitar kota Waibakul. Membuat saya merasa seperti di masa lalu.

Untuk mengunjungi Kampung Adat Pasunga ini, sebaiknya kita ditemani oleh orang lokal, yang sudah mengenal wilayah dan penghuni kampung, serta sudah mengerti tradisi dan kebiasaan di kampung tersebut.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline